Ilustrasi seseorang sedang Live streaming Tiktokshop - Image from nationaaldebat.com
Beijing, Bolong.id - Aplikasi berbagi video singkat TikTok menambahkan Thailand, Vietnam, dan Malaysia untuk memperluas jejak e-commerce nya di Asia Tenggara.
Dilansir dari chinadaily pada Senin (28/03/2022), akhir-akhir ini TikTok telah menyediakan fitur TiktokShop. Fitur ini merupakan tempat di mana pengguna dapat membeli barang sekaligus membayarnya.
Hal ini adalah bagian penting dalam menyelesaikan lingkaran bisnis TikTok. Karena sebelumnya, penjual online hanya dapat menggunakan tautan pihak ketiga untuk menjual barangnya.
Langkah tersebut telah menarik banyak perusahaan lintas batas Tiongkok untuk memasuki pasar baru di tiga negara tersebut. Tim Yang Kan adalah salah satu yang mengikuti tren ini.
Manajemen pemasarannya yang sukses di Inggris di TikTok telah membantu timnya mendapatkan pengalaman di luar negeri dan mengakses sumber daya dari para pemimpin opini utama dan konsumen opini utama di seluruh dunia.
Yang Kan mengatakan kepada portal berita Tiongkok, Jiemian, bahwa pertama-tama, e-commerce TikTok di Asia Tenggara bertujuan untuk menarik lalu lintas dengan harga murah, melibatkan konsumen melalui komoditas yang terjangkau.
Barang-barang ini juga tidak hanya datang dari penjual online, tetapi juga dari TikTok itu sendiri. Kedua, TikTok juga telah memberikan subsidi bagi konsumen, seperti gratis ongkos kirim, tambah Yang.
Saat ini, TikTok bersedia mengekspos influencer media sosial ke lebih banyak audiens.
Perusahaan asal Tiongkok lainnya, Newme, memilih untuk membangun mereknya sendiri, merekrut dan melatih influencernya sendiri di Tiongkok, menurut Jiemian.
Sebelumnya, perusahaan menargetkan pasar Inggris dan sekarang berencana untuk memasuki pasar Asia Tenggara juga.
Seorang investor yang berfokus pada bisnis lintas batas mengatakan kepada Jiemian bahwa ketika merek Tiongkok mendapat pasar di luar negeri, metode pemasaran tradisional tidak lagi cukup untuk menghubungkan merek dengan konsumen lokal.
Konsumsi digital kini telah menjadi gaya hidup di Asia Tenggara, data dari laporan e-Conomy SEA 2021 menunjukkan, yang dirilis oleh Google, Temase dan Bain.
Menurut laporan tersebut, 40 juta pengguna internet baru datang online pada tahun 2021, sehingga penetrasi internet di Asia Tenggara menjadi 75 persen. Delapan dari 10 pengguna ini telah membeli sesuatu secara online setidaknya sekali.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa ekonomi internet Asia Tenggara siap untuk mencapai $360 miliar (Sekitar Rp5 ribu triliun) dalam hal volume barang dagangan kotor pada tahun 2025, dan mendekati $1 triliun (sekitar Rp14 ribu triliun) pada tahun 2030.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement