Lontong Cap Go Meh - Image from awsimages.detik.net.id
Jakarta, Bolong.id - Di Indonesia, budaya Cap Go Meh sudah lama ada dibawa oleh peranakan Tionghoa. Cap Go Meh dalam tradisi Tionghoa juga berarti malam ke-15, yang merujuk pada hari perayaannya yang jatuh pada 15 hari setelah Imlek.
Di tanah asalnya, Tiongkok, malam Cap Go Meh merupakan puncak perayaan Imlek. Biasanya akan ada pesta rakyat yang diisi dengan makan bersama, pertunjukan barongsai, pawai keliling kota, hingga menghidupkan lampion sebagai hiasan.
Dalam perayaan ini juga selalu diadakan makan bersama baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat.
Makanan khas yang harus selalu ada dalam setiap perayaan Cap Go Meh adalah Yuan Xiao.
Yuanxiao makanan khas cap go meh - Image from heartlandertourist.files.wordpress.com
Yuan Xiao berbentuk bola-bola kecil yang terbuat dari beras ketan. Kemudian disiram dengan kuah rempah hangat, hampir mirip wedang ronde dalam budaya Indonesia.
Meski memiliki perayaan yang sama, budaya Cap Go Meh di Indonesia tidak memiliki Yuan Xiao. Tetapi, masyarakat Tionghoa memiliki hidangan khas yakni lontong Cap Go Meh sebagai penggantinya.
Mirip dengan lontong saat lebaran bagi umat muslim, lontong Cap Go Meh juga berisi opor ayam, pindang telur, dan sambal goreng ati.
Namun, yang paling khas lontong Cap Go Meh harus mengandung lodeh labu siam dan bubuk kedelai.
Lontong juga dimasak hingga kekuningan, termasuk bumbu labu siamnya. Bagi masyarakat Tionghoa, lontong dan kuah kekuningan melambangkan keberuntungan.
Dengan harapan, selama setahun ke depan keberuntungan akan selalu menyertai mereka saat menyantap lontong dan labu yang diberi bumbu kuning. Selain itu, warna kuning juga melambangkan kelancaran rezeki.
Selain lontong Cap Go Meh, makanan lain yang kerap hadir dalam tradisi Tionghoa adalah kue keranjang.
Kue keranjang memiliki bentuk bulat berwarna coklat, yang melambangkan keberuntungan bagi yang memakannya. Biasanya, kue-kue ini juga disajikan sejak perayaan Imlek.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement