Lama Baca 3 Menit

Indonesia Primadona Nikel, Dipeluk China dan Korsel

20 April 2022, 09:58 WIB

Indonesia Primadona Nikel, Dipeluk China dan Korsel-Image-1

ilustrasi logo LG - Image from berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Beijing, Bolong.id – Dua perusahaan raksasa internasional ini, seolah berlomba inves ke Indonesia, akan produksi bateraiLG Electronics inves sekitar USD9 miliar (sekitar Rp 129,15 triliun). Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari Tiongkok, akan inves US$4 miliar (sekitar Rp 57,40 triliun).

Dilansir dari 澎湃新闻 pada (19/4/2022), menurut Kantor Berita Yonhap, Konsorsium Korea Selatan yang terdiri dari perusahaan seperti LG New Energy, LG Chem dan LG Solar menandatangani perjanjian nirlaba dengan perusahaan pertambangan Indonesia PT Aneka Tambang (Antam) dan Indonesian Battery Company (IBC) pada 14 April.   

Pejabat pemerintah dari Kementerian Investasi dan Kementerian BUMN Indonesia juga menghadiri upacara penandatanganan.

LG New Energy mengatakan proyek dengan Indonesia bertujuan untuk membangun rantai nilai untuk baterai kendaraan listrik, termasuk pengadaan bahan baku, produksi komponen baterai utama (prekursor dan bahan katoda, dll.) dan pembuatan baterai listrik.

Diharapkan melalui proyek ini, pasokan bahan baku baterai tetap stabil, sehingga meningkatkan daya saing dan profitabilitas bisnis baterainya,” kata LG New Energy.

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya nikel paling melimpah di dunia dan produsen nikel terbesar di dunia. Menurut data United States Geological Survey, cadangan sumber daya nikel dunia pada tahun 2020 sekitar 94 juta ton, dimana Indonesia menempati urutan pertama dengan sekitar 21 juta ton atau sekitar 22%. Indonesia boleh dibilang sebagai primadona nikel.

Pada tanggal 15 April, pemimpin baterai daya global CATL mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan hampir US$4 miliar (sekitar Rp 57,40 Triliun) di Indonesia untuk membangun proyek rantai industri baterai listrik melalui anak perusahaannya. 

Mitra tersebut adalah PT Aneka Tambang Indonesia (ANTAM) dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI). Saat ini, jumlah total investasi yang ditentukan untuk proyek tersebut tidak melebihi US$5.968 miliar (sekitar Rp 85,64 Triliun), dan masa konstruksi yang direncanakan adalah lima tahun. (*)

Informasi Seputar Tiongkok