Olahragawan - Image from : Gambar berasal dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat langsung menghubungi kami
3 atlet anggar yang berasal dari Korea, Kevin Durant dan 3 pemain bola basket NBA lainnya, serta 35% dari anggota klub Valencia Spanyol, positif COVID 19. Pada 18 Maret 2020, 12 pemain Liga Serie A terinfeksi COVID 19, dan kemudian disusul pemain Tiongkok, Wu Lei, pada 21 Maret 2020 yang bermain di Liga Spanyol. Dengan semakin banyaknya atlet yang terdiagnosa positif COVID 19, sebuah pertanyaan besar mulai muncul: apakah atlet lebih rentan terinfeksi COVID 19?
Beberapa ahli dari Universitas Olahraga Beijing sepakat bahwa tidak ada bukti jika atlet lebih rentan terhadap virus COVID 19. Para ahli percaya bahwa setiap orang tidak memiliki kekebalan khusus terhadap COVID 19 dan pasti rentan terhadapnya, baik pria atau wanita, tua atau muda, orang biasa atau pun atlet. Sementara itu, besar kecil kemungkinan infeksi terkait dengan seberapa banyak paparan virus. Terdapat 3 faktor yang membuat risiko terpapar COVID 19 tinggi bagi atlet, yaitu:
1) Kekebalan Tubuh:porsi latihan berintensitas tinggi yang dijalankan atlet tiap harinya,membuat tubuh mereka berada pada keadaan stress tinggi dalam waktu yang lama. Setelah latihan berat, kekebalan tubuh akan "membuka jendela" bagi penyakit, sehingga mudah terinfeksi kuman.
2) Lingkungan Pelatihan: Tempat-tempat pelatihan atlet sering memiliki jumlah orang yang besar, suhu dan kelembaban tinggi, dan bahkan menggunakan AC tersentralisasi, yang kedap udara dan tidak berventilasi. Lingkungan seperti itu lebih rentan terhadap penyebaran virus COVID 19.
3) Lingkungan Pertandingan: saat pertandingan, atlet akan memiliki lebih banyak peluang untuk kontak fisik, sehingga peluang terpapar virus semakin besar.
Dalam situasi pandemi saat ini, atlet disarankan untuk tidak terlalu intens berlatih untuk menghindari kelelahan yang berlebihan, menjaga rutinitas yang baik, menjaga nutrisi seimbang, tidak memakan makanan yang tidak diketahui asalnya, menerapkan etika batuk dan bersin, dan mencuci tangan yang baik, serta menjaga kebersihan lingkungan dan individu.
Sementara itu, departemen manajemen tim olahraga harus memperkuat pencegahan, pengendalian, dan manajemen pandemi untuk memastikan keselamatan semua anggota tim. Beberapa saran yang dapat dilakukan manajemen tim, antara lain dengan menerapkan manajemen kepegawaian tertutup dengan memperkuat organisasi dan disiplin tim, mempersiapkan alat pencegahan pandemi yang memadai, menghimbau atlet untuk melaporkan kondisi fisik dengan tepat waktu, tidak dianjurkan untuk berpergian ke banyak tempat, meningkatkan kemampuan tanggap darurat tim terhadap berbagai keadaan darurat, mengikuti persyaratan pencegahan dan penanganan pandemi lokal.
Namun, meskipun atlet memiliki tingkat paparan lebih tinggi dari masyarakat biasanya, ada bukti yang relevan bahwa kemampuan pemulihan atlet setelah terinfeksi virus secara signifikan lebih baik. Hudson Odoi, pemain No. 20 Chelsea memiliki gejala dingin pada 9 Maret. Dia didiagnosa COVID 19 pada 12 Maret. Pada 13 Maret, tim memposting di situs resmi bahwa ia telah pulih dari gejala virus.
Penulis: Aisyah Hidayatullah
Advertisement