Pelabuhan Tanjung Priok, hub perdagangan internasional - Image from Dari berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut realisasi neraca dagang Indonesia senilai US$5,73 miliar pada Oktober 2021 memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Rekor ini memecahkan rekor neraca perdagangan tertinggi Indonesia sebelumnya di Agustus 2021 yang menyentuh surplus sebesar US$4,74 miliar.
"Betul, surplus neraca dagang Oktober 2021 tertinggi (sepanjang sejarah)," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Senin (15/11/2021).
Selain itu, Margo mengatakan, realisasi ekspor Oktober 2021 juga memecahkan rekor tertinggi. Tercatat, nilai ekspor Indonesia bulan lalu sebesar US$22,03 miliar.
Realisasi ekspor Oktober 2021 naik 6,89 persen dibanding September 2021 yang menyentuk angka US$20,61 miliar. Rinciannya, ekspor migas mencapai US$1,03 miliar atau meningkat 9,91 persen dan non migas US$21 miliar atau naik 6,75 persen.
"Jadi, ekspor tertinggi sepanjang sejarah, sepanjang masa, surplus juga tertinggi dibandingkan periode sebelumnya," kata Margo.
Berdasarkan sektornya, seluruh ekspor terlihat meningkat. Ekspor Migas misalnya, telah naik 9,91 persen secara bulanan menjadi US$1,03 miliar. Ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 2,7 persen secara bulanan menjadi US$410 juta. Industri pengolahan naik 3,61 persen secara bulanan menjadi US$16,07 miliar. Juga pertambangan naik 20,11 persen secara bulanan menjadi US$4,53 miliar.
"Untuk ekspor non migas menyumbang 95,35 persen dari total ekspor Oktober 2021," jelas Margo.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, kenaikan ekspor terjadi ke Tiongkok yang mencapai US$1,4 miliar, Malaysia US$128 juta, dan Mesir US$ 115,3 juta.
Kemudian, penurunan nilai ekspor terjadi ke Jepang sebesar US$126 juta, Korea Selatan sebesar US$103,6 juta, dan Spanyol sebesar US$71,4 juta.
Jika dilihat, pangsa ekspor Indonesia tidak berubah, yakni terbanyak masih ke Tiongkok mencapai 28,22 persen, diikuti AS sebesar 11,14 persen, dan Jepang 6,73 persen.
Advertisement