Lama Baca 4 Menit

Pengrajin di Hong Kong Gelar Workshop untuk Lestarikan Seni Sepatu Bordiran Tangan

24 September 2021, 07:21 WIB

Pengrajin di Hong Kong Gelar Workshop untuk Lestarikan Seni Sepatu Bordiran Tangan-Image-1

Miru Wong dan Kerajinan Sepatunya - Image from Dari berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Hongkong, Bolong.id - Di seluruh dunia, kerajinan tradisional menjadi korban teknologi dan globalisasi. Menyadari hal itu, Miru Wong Ka-lam di Hong Kong berusaha untuk menjaga seni sepatu bordir tangan tetap hidup.

Toko milik Wong yang bernama Sindart, di area Jordan, Kowloon, adalah salah satu dari sedikit toko kerajinan di kota Hong Kong yang berhasil bertahan di tengah berkembangnya industri manufaktur Tiongkok. Sebagai pemilik generasi ketiga dari usaha kecil berusia 63 tahun itu, Wong mengadakan workshop atau lokakarya mingguan untuk berbagi keahliannya dan mempertahankan seni sepatu bordir tangan. Salah satu desain yang dipelajari peserta lokakarya adalah sulaman manik-manik bunga marigold dan bulan yang secara tradisional mewakili Festival Pertengahan Musim Gugur.

“Marigold di tengah menandakan bulan purnama selama Festival Pertengahan Musim Gugur, sedangkan kelelawar yang mengelilingi marigold menandakan keberuntungan. Ini karena, dalam bahasa mandarin, kata 'kelelawar' dan 'keberuntungan' terdengar mirip. Ada lima kelelawar, karena dalam budaya Tiongkok, lima berkah dianggap sangat menguntungkan,” jelas Wong.

Ia pun menjelaskan, “ketika anggota keluarga berkumpul untuk makan malam selama Festival Pertengahan Musim Gugur, mereka bertukar hadiah. Sandal sulaman tangan dulunya adalah barang populer untuk diberikan kepada anggota keluarga yang sudah lanjut usia.”

Sayangnya, praktik tersebut sekarang sudah jarang dilakukan. “Ketika kakek-nenek saya memulai toko pada 1950-an, ada lebih banyak pesanan untuk sandal bordir. Sekarang sepertinya warga Hong Kong lebih fokus membeli kue bulan,” kata Wong.

Sementara itu, Aakses mudah ke sandal bersulam buatan mesin yang lebih murah juga menjadi ancaman lain bagi kelangsungan kerajinan tradisional di salah satu kota termahal di dunia. Namun, Wong, bagaimanapun, sangat percaya bahwa sandal buatan tangan dan sulaman tangan memiliki kualitas yang lebih baik daripada varietas yang diproduksi secara massal.

“Sandal buatan mesin terasa berbeda dari sandal buatan tangan. Bahannya terlalu lembut, membuat sandal tidak nyaman,” jelasnya.

Selain itu, salah satu elemen yang membedakan sandal rumit Sindart adalah ragam desain yang tersedia. “Almarhum kakek saya, Wong Tat-wing, yang mendirikan Sindart pada tahun 1958 di sebuah toko kecil di bawah tangga di Nathan Road, menciptakan desain bordirnya sendiri pada tahun 1950-an".

Ia pun bercita-cita untuk menghidupkan kembali tradisi pembuatan sandal bordir ala Kanton dengan menambahkan elemen modern dan membuat alas kaki yang sesuai untuk penggunaan sehari-hari.

“Ini termasuk menerapkan sulaman tangan gaya Kanton tidak hanya pada sandal, yang merupakan tradisi, tetapi juga pada sepatu hak tinggi dan bahkan sandal jepit. Saya belajar pembuatan sepatu untuk bisa melakukan ini,” katanya.