Soegeng Boedhiarto - Image from Dari berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami
Bolong.id - Meski seringkali tidak dicantumkan dalam sejarah, sebenarnya banyak warga pribumi keturunan Tionghoa yang berkontribusi dalam memperjuangkan kemerdekaan. Salah satu contohnya adalah Soegeng Boedhiarto, pejuang keturunan Tionghoa yang tinggal di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Setiap peringatan Hari Pahlawan 10 November, ayah sembilan anak yang lahir di Purwokerto pada 4 Juli 1929 ini selalu membuka kenangan perjuangan saat ikut mengangkat senjata bersama pejuang lainnya untuk mengusir penjajah. Di masa itu, perjuangan melawan penjajah dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat. Ia pun seringkali mengatakan, "tidak hanya mengangkat senjata, membantu memenuhi kebutuhan pejuang juga dilakukan masyarakat pada umumnya. Semuanya adalah pahlawan."
Di masa hiruk-pikuk perjuangan, Soegeng berperan mengatur strategi perang masuk Kota Purwokerto. Dengan informasi yang dipasok ke pasukan, penyerangan bisa dilakukan lebih intensif dan optimal. Untuk memudahkan penyerangan pada malam hari, Soegeng memberikan ide agar menara pengintai dirobohkan. Pejuang yang waktu itu akan merebut ke Purwokerto sempat dihalau namun akhirnya berhasil menusuk jantung lawan.
Di sisi lain, penjajah menganggap pejuang kemerdekaan sebagai kelompok ekstremis. "Jika tertangkap mereka akan disuruh lari, kemudian ditembak dari arah belakang. Sehingga seolah-olah pejuang kemerdekaan adalah ekstremis yang melarikan diri," ujarnya.
Setelah Indonesia merdeka, Soegeng Boediarto sempat bertugas di Corps Polisi Militer (CPM) sampai dia mengundurkan diri dari militer. "Tepatnya pada tanggal 6 Januari 1950," katanya.
Pemerintah tidak melupakan jasa-jasanya. Pada 15 Agustus 1981 dia mendapat gelar Kehormatan Penghargaan Veteran Pejuang Kemerdekaan RI. (*)
Informasi seputar Tiongkok
Advertisement
