Life is Fruity - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id - Sebuah film dokumenter yang menampilkan salah satu mantan personel tentara Jepang telah menjadi target terbaru sentimen anti-Jepang di media sosial Tiongkok.
Dilansir dari Sixth Tone, ribuan orang di platform ulasan Douban meninggalkan peringkat rendah untuk film dokumenter berjudul Life is Fruity yang dirilis pada tahun 2017. Film dokumenter itu menggambarkan kehidupan indah Shuichi Tsubata dan istrinya di tahun-tahun senja mereka. Tsubata, mendiang arsitek berusia 90 tahun yang sempat bertugas di angkatan laut Jepang menuai banyak dikritik karena kontribusinya selama Perang Tiongkok-Jepang yang menewaskan dan melukai jutaan orang Tiongkok antara tahun 1931 dan 1945.
Pemeringkatan di Douban dimulai setelah seorang pengguna memposting detail tentang Tsubata di situs itu selama akhir pekan. Pada Selasa (17/8/2021), hampir 20.000 orang telah memberi film dokumenter itu peringkat terendah - satu dari lima bintang - menyebabkan skor totalnya turun dari 9,3 menjadi 8,7 dari 10 hanya dalam beberapa hari. Banyak pengguna di Douban yang bahkan menuduh Tsubata merancang pesawat tempur untuk Jepang dan mengabaikan penderitaan rakyat Tiongkok.
"Saya telah menonton film itu berkali-kali sebelumnya dan merasa nyaman, tetapi tidak menyangka protagonisnya adalah penjahat perang," tulis seorang pengguna Douban pada hari Senin (16/8/2021) dan mengubah peringkat film itu dari lima bintang pada Maret tahun lalu menjadi dua bintang.
Film bertemakan perang Jepang lainnya seperti Porco Rosso, Grave of the Fireflies, The Wind Rises, dan Merry Christmas, Mr. Lawrence juga mendapat kecaman. Adapun beberapa film tersebut, termasuk Life is Fruity, sebelumnya telah diputar di Festival Film Asia yang diselenggarakan oleh China Film Administration pada tahun 2019.
Retorika nasionalis Tiongkok secara online telah melonjak di tengah peringatan 76 tahun berakhirnya Perang Tiongkok-Jepang. Dalam beberapa pekan terakhir, pengguna media sosial juga membidik atlet Jepang selama Olimpiade Tokyo, menuduh mereka melakukan persaingan yang tidak adil, sementara aktor Zhang Zhehan menghadapi boikot domestik setelah foto kontroversial dirinya berpose di kuil untuk menghormati penjahat perang Jepang muncul secara online.
Sementara itu, tidak semua orang mengkritik Life is Fruity dan protagonisnya. Ada yang berpendapat bahwa Tsubata bahkan tidak mengunjungi Tiongkok selama perang dan pensiun dari angkatan laut tak lama setelah dipaksa untuk bergabung pada tahun 1945. Pendukung film ini pun bergegas untuk memberikan nilai pada film tersebut di Douban untuk mempertahankan nilai artistiknya, dengan alasan bahwa tidak rasional untuk mengekspresikan patriotisme dan mengingat sejarah melalui permusuhan peringkat.(*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement