Lama Baca 3 Menit

Pakar Studi: "Diplomasi Jebakan Hutang China adalah Omong Kosong"

11 March 2021, 10:01 WIB

Pakar Studi:

Ilustrasi Hubungan Kerja Sama China-Afrika - Image from berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Washington, Bolong.id - "Tuduhan keterlibatan Tiongkok dalam "diplomasi jebakan hutang" adalah omong kosong dan pengalih perhatian dari fakta bahwa pembiayaan infrastruktur oleh Tiongkok telah meningkatkan kemampuan banyak negara berpenghasilan rendah dalam mewujudkan pertumbuhan yang lebih baik" seorang ahli Amerika Serikat (AS) mengatakan.

Sourabh Gupta, seorang senior fellow di Institut Studi Tiongkok-Amerika dalam sebuah wawancara pada Senin (8/3/2021) dengan Xinhua mengatakan, "kami benar-benar mengesampingkan masalah ini lebih awal, tidak membawanya melampaui tingkat keseriusan yang rendah dalam hal 'diplomasi hutang' dan 'kolonialisme modern' [maupun ucapan sejenis]. Maksud saya, ini benar-benar pengalih perhatian dari apa yang sebenarnya terjadi." 

"Tiongkok telah memberikan pinjaman yang berhubungan dengan sumber daya ke negara-negara Afrika selama lebih dari 20 tahun. Sudah lama sekali. Mereka memiliki catatan yang panjang. Tidak ada satu negara pun yang berhutang budi kepada Tiongkok," jelasnya, menambahkan bahwa "orang harus memahami, tentu saja, ini adalah proyek yang sangat padat modal dengan periode pengembangan yang lama."

"Tidak ada 'diplomasi jebakan hutang'. Jika ada keadaan di mana masing-masing negara memiliki masalah tertentu dengan jumlah hutangnya yang jatuh tempo pada titik waktu tertentu, hutang tersebut dinegosiasikan ulang. Profil pembayaran sedang dinegosiasikan ulang," pungkas Gupta.

"Faktanya, alasan banyak investor Barat memilih keluar dari [praktik] itu adalah karena mereka tidak dapat menanggung resikonya. Dan banyak negara-negara Barat yang bahkan tidak lagi menyediakan banyak pembiayaan terkait infrastruktur," jelasnya. 

Gupta pun menerangkan, "sebenarnya investasi semacam itu sangat penting bagi banyak negara berpenghasilan rendah karena infrastruktur yang lebih baik menciptakan "pondasi dan kerangka" bagi mereka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi." 

Berkaitan dengan paparan Gupta, menurut laporan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin pada Februari lalu, Tiongkok sendiri telah membangun lebih dari 6.000 km rel kereta api dan jalan raya, hampir 20 pelabuhan dan lebih dari 80 fasilitas tenaga listrik besar di seluruh Afrika.

Tiongkok pun dikabarkan telah menandatangani perjanjian keringanan hutang atau mencapai konsensus penghapusan hutang dengan 16 negara di benua itu. Di bawah kerangka Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika, Tiongkok juga membebaskan pinjaman tanpa bunga yang jatuh tempo pada akhir 2020 untuk 15 negara Afrika, imbuh Wang. (*)