pemandangan lahan basah di Prefektur Otonomi Golog Tibet, Provinsi Qinghai - Image from Xinhua
Qinghai, Bolong.id - Provinsi Qinghai di barat laut Tiongkok, atau dikenal pula sebagai "menara air Tiongkok", membuat kemajuan dalam melindungi sumber daya lahan basah dan keanekaragaman hayatinya melalui upaya komprehensif. Menjadi rumah bagi Taman Nasional Sanjiangyuan (Sumber Tiga Sungai), provinsi dataran tinggi ini menempati urutan pertama di negara itu dalam bidang lahan basah, menurut laporan Xinhua (2/2/2021).
Dilalui oleh Sungai Kuning, sungai terpanjang kedua di Tiongkok, Sungai Lancang (dikenal sebagai Sungai Mekong di luar wilayah Tiongkok), sekaligus menjadi hulu Sungai Yangtze, sungai terpanjang di Tiongkok, Daerah Sanjiangyuan merupakan daerah lahan basah yang sangat kaya dan penting untuk dilestarikan.
Selama bertahun-tahun, Tiongkok telah meningkatkan upaya konservasi ekologisnya. Upaya Tiongkok dapat terlihat dari kemajuan signifikan dalam perlindungan dan perluasan lahan basah yang ditandai dengan pembangunan taman nasional dan pemulihan lahan basah yang menyusut. Menyadari penuh manfaat ekologis konservasi lingkungan, upaya-upaya ini pun Tiongkok canangkan sebagai gerakan di tingkat nasional.
MANFAAT EKOLOGIS
Menurut Ma Jianhai, seorang pejabat di biro kehutanan dan padang rumput provinsi Qinghai, saat ini provinsi tersebut memiliki 19 taman lahan basah nasional dan 32 lahan basah utama tingkat provinsi.
"Melalui langkah-langkah konservasi, sejumlah lahan basah yang rusak telah dipulihkan, sementara kapasitas konservasi air di lahan basah dan hulu di dataran tinggi juga meningkat," tambah Ma.
Pada tahun 2014, ibu kota Qinghai, Xining, meluncurkan program restorasi ekologi di taman lahan basah nasional Sungai Beichuan. Program ini mengadopsi banyak tindakan termasuk proyek jaringan pipa untuk pengumpulan air hujan dan limbah untuk meminimalkan polusi sungai.
Pada 2015, Provinsi Qinghai menjadi yang terdepan dalam sistem perlindungan ekologi untuk lahan basah, mempekerjakan 963 penjaga untuk melindungi lahan basah di 22 kabupaten. Selama lima tahun terakhir, provinsi tersebut telah meluncurkan 111 proyek restorasi ekologi dengan investasi sebesar 580 juta yuan (sekitar 89,67 juta dolar AS).
"Kami berpatroli selama 20 hari setiap bulan," kata Qi Tongliang, penjaga hutan berusia 55 tahun di taman lahan basah Nanmenxia, yang terletak di Kabupaten Otonomi Huzhu Tu di provinsi itu. "Kami juga mencatat jumlah burung liar yang terlihat selama patroli."
Tseringtamdro, seorang gembala dan penjaga satwa liar di cagar alam Prefektur Otonomi Yushu Tibet provinsi Qinghai pun turut menambahkan, "di musim panas, sejumlah burung bersarang dan menetap di cagar alam berkat luasnya lahan basah di sana."
Adapun seluruh upaya restorasi dan penjagaan ini sangat penting mengingat taman lahan basah adalah sumber air terbesar kedua di kabupaten itu. Cao Xuantai, direktur pusat perlindungan taman mengatakan, lebih dari 100.000 orang bergantung pada taman lahan basah ini sebagai sumber air minum yang aman.
Tak hanya itu, kini taman tersebut bukan hanya menjadi rumah bagi berbagai jenis burung liar langka yang berada di bawah perlindungan kelas satu seperti bangau leher hitam dan bangau hitam, tetapi juga berperan penting dalam pengendalian erosi tanah, penyimpanan banjir, dan pencegahan kekeringan.
PERLINDUNGAN TINGKAT NASIONAL
Data resmi keluaran pemerintah menyebutkan area lahan basah Tiongkok meningkat lebih dari 200.000 hektar selama lima tahun terakhir. Pemerintah pusat mengalokasikan 9,87 miliar yuan untuk perlindungan lahan basah dan meluncurkan lebih dari 2.000 proyek perlindungan dan restorasi lahan basah selama periode tersebut.
Tiongkok juga telah menetapkan sistem perlindungan lahan basah nasional untuk pengelolaan lahan basah berjenjang di seluruh negeri. Dari 2016 hingga 2020, negara menambahkan 201 taman lahan basah nasional, sehingga menjadikan totalnya sejumlah 899 taman.
Pada bulan Januari, rancangan undang-undang tentang perlindungan lahan basah diserahkan kepada Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, badan legislatif tertinggi Tiongkok, untuk peninjauan pertama.
Para ahli menilai, undang-undang khusus tentang perlindungan lahan basah memberikan situasi yang kondusif untuk pembentukan sistem hukum yang lengkap untuk menjamin penguatan perlindungan dan pemulihan lahan basah.
Sejalan dengan hal ini, sejumlah provinsi telah meluncurkan rencana perlindungan lahan basah. Misalnya, Provinsi Henan di China tengah akan membangun 27 taman lahan basah baru dalam upaya melindungi dan memulihkan lahan basah di provinsi tersebut, seperti yang diumumkan oleh biro kehutanan provinsi baru-baru ini.
Namun, perlindungan lahan basah memerlukan lebih dari sekedar dukungan hukum. Mao Xufeng, profesor di Qinghai Normal University menegaskan, dengan adanya tantangan perubahan iklim, perlindungan lahan basah juga membutuhkan terobosan teknologi. (*)
Alifa Asnia/Penerjemah
Esy Gracia/Penulis
Advertisement