Lama Baca 3 Menit

Jangan Berlebihan Konsumsi Makanan Manis, Picu Depresi

31 October 2021, 15:04 WIB

Jangan Berlebihan Konsumsi Makanan Manis, Picu Depresi-Image-1

Berbagai makanan manis - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami

Bolong.id - Seseorang mengatakan bahwa anaknya memiliki kecenderungan depresi dan sudah mulai minum obat. Prevalensi depresi di Tiongkok adalah 6,1%, lebih tinggi dari rata-rata dunia. Jumlah pasien depresi di Tiongkok telah mencapai 90 juta, dan insidennya telah meningkat dari tahun ke tahun dalam beberapa tahun terakhir. 

Ketika banyak orang sedang cemas atau depresi, mereka sering kali banyaj makan makanan manis untuk menghilangkan kecemasan atau depresi. Penelitian terbaru menemukan bahwa terlalu banyak asupan gula tidak hanya akan mempengaruhi otak, tetapi juga menyebabkan depresi dan kecemasan menjadi lebih serius.

Dilansir dari 王萍 pada Minggu (31/10/2021), banyak anak muda, terutama anak perempuan, suka memperlakukan makanan manis sebagai sumber kebahagiaan mereka, dan bahkan menyebut beberapa minuman manis sebagai "minuman bahagia". Makanan manis seperti cokelat, kue, macaron memberikan selera yang sangat memuaskan, namun berjangka pendek. Makanan tinggi gula seperti itu mungkin hanya membuat orang merasa lebih cemas dan tertekan, daripada bahagia.

Mengapa terlalu banyak makanan manis meningkatkan risiko kecemasan dan depresi?

Pertama-tama, mungkin manisnya permen dapat merangsang rasa di mulut dan merangsang otak untuk melepaskan dopamin, yang membuat orang merasa senang dan lambat laun menjadi kebiasaan. Asupan dopamin dapat mempengaruhi suasana hati, karena kecanduan itu sendiri juga terkait dengan peningkatan risiko menderita gangguan suasana hati, yang pada akhirnya menyebabkan ketagihan dan efek adiktif pada makanan manis.

Kedua, makanan manis akan mengkonsumsi vitamin B tubuh. Proses metabolisme gula tubuh manusia membutuhkan partisipasi vitamin dan elemen. Jika asupan gula berlebihan, metabolisme gula perlu mengonsumsi lebih banyak vitamin (terutama vitamin B) dan elemen pelacak. Kekurangan vitamin B1, B6, dan niasin akan sangat mempengaruhi fungsi sistem saraf dan keseimbangan neurotransmiter.

Kedua, jika Anda makan terlalu banyak gula, mudah menyebabkan obesitas, dan obesitas cenderung menghasilkan gejala depresi. Karena peningkatan tingkat peradangan lemak pada orang gemuk, depresi dapat diperburuk melalui mekanisme pengaturan neuro-imun. Orang gemuk rentan terhadap beberapa perlakuan yang tidak setara, yang akan membuat mereka dalam keadaan pikiran yang lebih tertekan dan memperburuk keadaan depresi.

Orang yang rentan terhadap depresi harus menjaga pola makan yang sehat dan seimbang, memastikan buah-buahan segar, sayuran, kacang-kacangan, dan ikan yang cukup. Sebisa mungkin meminimalkan atau menghindari makanan manis, dan lebih banyak berolahraga, terutama olahraga luar ruangan. (*)


Informasi Seputar Tiongkok