Beijing, Bolong.id - Mayoritas warga Tiongkok lebih suka memiliki sedikit anak. Sedangkan, otoritas Tiongkok berupaya mendorong kaum muda cepat menikah dan memiliki anak.
Dilansir dari 人民网 Rabu (12/04/23), Komisi Kesehatan Nasional menanggapi penasihat politik nasional untuk membimbing kaum muda menikah dan memiliki anak di usia yang lebih muda.
Penundaan pernikahan dan melahirkan anak diyakini menjadi salah satu faktor kunci yang berkontribusi terhadap rendahnya angka kelahiran di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Tahun lalu, Tiongkok mencatat penurunan pertama populasinya dalam sekitar enam dekade, mendorong seruan untuk peningkatan kebijakan yang mendukung untuk mengangkat tingkat kesuburan.
Tiongkok memiliki salah satu usia legal tertinggi untuk pendaftaran pernikahan di dunia, yaitu 22 tahun atau lebih untuk pria dan 20 tahun atau lebih untuk wanita.
Sebagai bagian dari kebijakan keluarga berencana yang berlaku sekitar tahun 1980 hingga 2015, orang didorong untuk menikah dan memiliki anak di usia yang lebih tua, yang biasanya berarti menikah pada usia 23 tahun ke atas untuk wanita dan usia 25 tahun ke atas untuk pria. .
Komnas HAM mengatakan, mulai 2015, pasal-pasal tentang mendorong telat menikah dan reproduksi dihapuskan dari UU Kependudukan dan Keluarga Berencana dan peraturan KB daerah. Hukum perdata negara juga mengecualikan pernyataan semacam itu.
"Data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan bahwa pada 2017, usia rata-rata pernikahan pertama di antara wanita di Tiongkok adalah 25,7 tahun dan usia rata-rata mereka memiliki anak pertama adalah 26,8 tahun," kata komisi itu.
"Kedua angka tersebut jauh lebih tinggi dari usia pernikahan yang sah dan diperkirakan akan terus meningkat di masa depan," katanya. "Beban ekonomi, tekanan untuk membesarkan anak, dan kekhawatiran atas pengembangan karier adalah beberapa faktor utama yang menghambat kesuburan di negara ini."
Namun, komisi tidak secara langsung mengakui usulan penasehat politik untuk mempromosikan pernikahan dini.
Sebaliknya, dikatakan bahwa lebih banyak upaya akan dilakukan untuk memperkuat pedoman dan meluncurkan langkah-langkah pendukung untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih menguntungkan bagi orang untuk menikah pada usia yang sesuai dan membesarkan anak dalam lingkungan yang memuaskan.
He Dan, kepala Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan Tiongkok, mengatakan dalam wawancara sebelumnya bahwa perspektif tentang melahirkan anak mungkin menjadi lebih beragam di masa depan, tetapi memiliki lebih sedikit anak dan memastikan kesehatan bayi yang baru lahir akan tetap menjadi arus utama.
“Kami dapat meluncurkan intervensi kebijakan untuk memenuhi permintaan keluarga yang ingin memiliki lebih banyak bayi, untuk menstabilkan tingkat kesuburan sebanyak mungkin dan menghindari penurunan tajam,” katanya. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement