Anak-anak saat bencana banjir Zhengzhou - Image from China News
Jakarta, Bolong.id - Hasil riset Vrije Universiteit ini bisa bikin galau. Anak usia enam tahun ke bawah sekarang, akan mengalami bencana iklim sekitar tiga kali lebih banyak dibanding masa kecil orang tua mereka.
Dilansir dari CGTN pada Selasa (28/9/2021), temuan tersebut, diterbitkan di jurnal Science. Hasil analisis “ketidaksetaraan antargenerasi” dari perubahan iklim di berbagai kelompok usia.
Mereka akan menghadapi kebakaran hutan dua kali lebih banyak, siklon tropis 1,7 kali lebih banyak, banjir sungai 3,4 kali lebih banyak, gagal panen 3,5 kali lebih banyak, dan kekeringan 2,3 kali lipat dibandingkan dengan seseorang yang lahir pada tahun 1960.
Tim global, yang dipimpin oleh profesor peneliti Wim Thiery, mengembangkan penelitian mereka dari berbagai model iklim dan demografi, secara khusus membandingkan risiko yang dihadapi generasi sebelumnya dengan jumlah peristiwa iklim ekstrem yang akan dihadapi anak-anak saat ini.
53 juta anak yang lahir di Eropa dan Asia Tengah sejak 2016 akan menghadapi empat kali lebih banyak bencana iklim ekstrem, sementara 172 juta anak yang lahir dalam kelompok usia yang sama di Afrika sub-Sahara akan menghadapi peningkatan peristiwa iklim ekstrem hampir enam kali lipat.
Laporan tersebut memang menunjukkan bahwa, jika bumi dapat mengatur untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, risiko paparan panas yang ekstrem bisa turun hampir setengahnya. Bisa juga terjadi penurunan gagal panen, kekeringan, dan banjir sungai.
Implikasi penelitian ini melampaui hanya anak kecil – orang di bawah usia 40 tahun, menurut Thiery, akan menghadapi bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, banyak yang akan memiliki peluang 1 banding 10.000 terjadi di masa pra-industri.
Kaum muda di seluruh dunia sudah menghadapi kecemasan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, menurut University of Bath di Inggris yang menemukan 75 persen orang berusia antara 16 hingga 25 tahun “takut” tentang masa depan, karena ancaman perubahan iklim yang berkelanjutan.
Advertisement