Lama Baca 5 Menit

Super Kepo, Petugas AS Dobrak Gerbang Konjen Tiongkok di Houston yang Sudah Kosong

26 July 2020, 12:32 WIB

Super Kepo, Petugas AS Dobrak Gerbang Konjen Tiongkok di Houston yang Sudah Kosong-Image-1

Petugas AS dobrak gerbang Konjen Tiongkok di Houston, Texas - Image from Alajazeera

Jakarta, Bolong.id - Konflik dingin Tiongkok-AS hari-hari ini sedang memanas. Kantor Konsulat Jenderal Tiongkok di Houston, Texas, yang sudah kosong, pintunya didobrak petugas AS. Lantas mereka masuk.

Dikutip dari Aljazeera, Minggu (25/7/2020), prtugas AS memasuki kantor Konjen Tiongkok di Houston, setelah mendobrak pintu gerbang. Lantas mereka masuk gedung.

Perintah penutupan Konjen tersebut atas ultimatum pemerintah AS, pada Rabu (22/7/2020) dengan batas waktu 72 jam. Tapi, sebelum batas waktu berakhir, para diplomat Tiongkok sudah meninggalkan kantor tersebut.

Sebelum meninggalkan gedung, mereka terlihat memasukkan barang-barang ke dalam truk, dan membuang aneka barang, yang dianggap tidak perlu, ke bak sampah.

Ketika mereka pergi meninggalkan gedung konsulat sejumlah orang yang berunjuk rasa mendukung keputusan Presiden Donald Trump, meneriakkan ledekan kepada para diplomat Tiongkok tersebut.

Setelah gedung kosong, petugas AS memaksa masuk. Gedung itu lantas dijaga petugas keamanan dari Kementerian Luar Negeri AS setelah sejumlah petugas berada di dalam.

Tentang alasan perintah penutupan, Pemerintah AS menuding konsulat Tiongkok di Houston itu menjadi pusat kendali pencurian aset hak cipta intelektual AS.

Dibalas di Chengdu

Sebaliknya, Pemerintah Tiongkok membalasnya dengan perintah penutupan Konsulat jenderal AS di Chengdu. Perintah penutupan, Jumat (24/7/2020). Batas waktu juga 72 jam, yang akan berakhir Senin (27/7/2020) besok.

Tentang pendobrakan Konjen Tiongkok di Houston, Konsultan Politik untuk Pemerintah Tiongkok, Einar Tangen, menilai, cara masuk petugas AS ke konsulat jenderal Tiongkok di Houston itu sangat aneh, dan melanggar protokol diplomatik.

"Mungkin mereka ingin mendapatkan dokumen yang bisa digunakan untuk kampanye politik menjelek-jelekkan Tiongkok," kata Tangen dari Beijing, kepada aljazeera.com, Sabtu (25/7/2020).

Sedangkan, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin menyebut perintah penutupan konsulat AS di Chengdu, antara lain, karena sejumlah staf diplomatik AS di konsulat tersebut melakukan kegiatan di luar kapasitas mereka.

"Mereka mencampuri urusan dalam negeri, membahayakan keamanan dan kepentingan nasional Tiongkok," kata jubir.

Setelah perintah penutupan diumumkan Tiongkok, staf konsulat AS di Chengdu pada Minggu (26/7/2020) hari ini terlihat sibuk mengemasi barang-barang.

Sejumlah polisi berjaga di depan konsulat AS di Chengdu, yang diperintahkan Tiongkok untuk ditutup pada Senin, 27 Juli 2020 besok.

Kendaraan angkut terlihat keluar masuk gerbang konsulat, sementara di luar halaman puluhan polisi Tiongkok tampak berjaga-jaga.

Konsulat tersebut harus tutup pada Senin mendatang pukul 10.00 sesuai batas waktu 72 jam yang diberikan pemerintah Tiongkok.

Balas-membalas penutupan konsulat itu merupakan babak lanjut dari perseteruan Tiongkok-AS yang sudah memburuk sejak dua dekade terakhir.

Perselisihan dua negara ini menyangkut banyak hal. Antara lain, masalah perdagangan, persaingan teknologi, penolakan AS terhadap klaim Tiongkok atas Laut China Selatan.

Dalam situasi memanas tersebut, pihak berwajib AS masih terus melakukan pengusutan terhadap empat ilmuwan Tiongkok yang sedang bekerja di AS.

Mereka dituduh melakukan kecurangan saat mengajukan visa masuk AS.

Kecurangan itu berupa tidak mengungkapkan jati diri sebenarnya, bahwa mereka adalah anggota angkatan bersenjata Tiongkok, yang disebut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

Peningkatan ketegangan Tiongkok-AS belakangan ini, menurut analis, tak lepas dari upaya Donald Trump menaikkan popularitasnya guna memenangkan kembali kursi presiden dalam pemilu presiden AS pada November 2020 nanti. Trump diduga menggunakan isu konflik Tiongkok-AS ini sebagai momentum politik.

Isu Tiongkok memang mengemuka di masyarakat AS, karena peningkatan kekuatan ekonomi Tiongkok yang fenomenal telah menggerogoti kekuatan ekonomi AS, yang tentu berdampak pada merosotnya kemakmuran masyarakat AS.

Maka, Trump ingin menunjukkan diri sebagai tokoh yang mampu melawan Tiongkok, yang berarti pula sejalan dengan harapan masyarakat. (*)