Rokok Elektrik - Image from Global Times
Beijing, Bolong.id - Hampir 5 persen pelajar SMA Tiongkok di merokok aktif. Di antaranya (sekitar 3,6 persen) merokok elektrik secara teratur. Ini data Chinese Center for Disease Control and Prevention (CDC) akhir 2021.
Dilansir dari Global Times pada Rabu (1/6/2022), data tersebut dirilis Selasa (31/5/2022) di Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Jumlah responden 270.000 siswa di sekolah menengah dan mengambil kembali 124.119 kuesioner di 31 provinsi di daratan Tiongkok.
Survei terbaru dari CDC Tiongkok menunjukkan bahwa 23,2 persen siswa laki-laki di sekolah menengah telah mencoba merokok dan tingkat di antara siswa perempuan yang mencobanya adalah 9,5 persen.
Tingkat antara siswa sekolah menengah laki-laki dan perempuan yang mempertahankan kebiasaan merokok masing-masing adalah 7,1 persen dan 1,9 persen. Dan 35,7 persen dari 270.000 responden berpikir sulit untuk berhenti merokok begitu mulai merokok, menurut survei terbaru CDC Tiongkok.
Mengenai rokok elektrik, 86,6 persen siswa sekolah menengah mengatakan pernah mendengarnya, 16,1 persen pernah mencoba dan 3,6 persen masih menggunakan.
Meskipun Tiongkok telah melarang penjualan rokok kepada anak di bawah umur, lebih dari 77 persen perokok di sekolah menengah mengatakan mereka tidak ditolak saat membeli rokok dan 70,8 persen pembeli rokok elektrik di bawah umur mengatakan bahwa mereka tidak menolak.
Survei lain yang dikeluarkan pada hari yang sama menunjukkan bahwa, dengan larangan ketat, siswa di bawah umur menunjukkan kecenderungan menurun dalam menggunakan rokok sementara kecenderungan meningkat dalam menggunakan e-rokok.
Sebagai contoh, data yang diungkap otoritas Shanghai pada Selasa menunjukkan bahwa tingkat pelajar menengah lokal yang secara teratur merokok menurun dari 1,4 persen pada 2019 menjadi 1 persen pada 2021.
Namun, pelajar menengah yang merokok e-rokok meningkat dari 1,2 persen pada tahun. 2019 menjadi 1,7 persen pada 2021.
Hampir 6,5 persen siswa di sekolah menengah Shanghai pernah mencoba rokok elektrik pada tahun 2021, sedangkan pada tahun 2019 adalah 4,9 persen.
Tiongkok telah mengeluarkan sejumlah larangan sejak 2018 untuk melindungi anak di bawah umur dari rokok elektrik. Amandemen Undang-Undang Tiongkok tentang Perlindungan Anak di Bawah Umur mulai berlaku pada Hari Anak Internasional pada 1 Juni 2021.
Undang-undang yang direvisi mencakup bagian untuk perlindungan kesehatan anak di bawah umur yang melarang orang tua mendorong anak-anak untuk merokok e-rokok.
Di perguruan tinggi Tiongkok, 15 persen siswa laki-laki pernah merokok pada tahun 2021 sementara tingkat siswa perempuan hanya 1,1 persen, menurut survei terbaru CDC Tiongkok.
Di antara perokok perguruan tinggi, 52,5 persen berencana untuk berhenti merokok dalam 12 bulan mendatang dan 33 persen telah mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir.
Sekitar setengah dari perokok perguruan tinggi menghabiskan lebih dari 16 yuan (sekitar 34 ribu rupiah) untuk membeli sebungkus rokok pada tahun 2021, yang lebih tinggi dari pengeluaran rata-rata perokok dewasa Tiongkok sebesar 9,9 yuan (sekitar 21 ribu rupiah) untuk satu bungkus rokok pada tahun 2018.
Lebih dari 90 persen mahasiswa telah mendengar dan lebih dari 10 persen telah mencobanya sementara 2,5 persen menggunakannya secara teratur pada tahun 2021, menurut survei terbaru CDC Tiongkok.
Menurut data yang diungkapkan oleh kementerian pendidikan Tiongkok pada tahun 2021, pada tahun 2020, ada sekitar 900 juta siswa di sekolah menengah dan hampir 42 juta mahasiswa di daratan Tiongkok. (*)
Advertisement