Ilustrasi Trilateral Supply Chain Resilience Initiative (SCRI) India, Jepang, Australia - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.
India, Bolong.id – Dilansir The Economic Times, India, Jepang, dan Australia telah memulai diskusi tentang peluncuran SCRI (Supply Chain Resilience Initiative) untuk mengurangi ketergantungan pada China, yang diharuskan oleh perilaku politik dan militer agresif Beijing.
Inisiatif yang pertama kali diusulkan oleh Jepang ini sekarang mulai terbentuk. Menurut laporan, rencananya pertemuan pertama para menteri perdagangan dari tiga negara tersebut akan dilaksanakan minggu depan.
Jepang melalui Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industrinya baru-baru ini mendekati India dan mendesak mendesak untuk mengambil langkah inisiatif ke depan. Pemerintah Tokyo sendiri mendukung peluncuran SCRI pada November mendatang.
Pemerintah India menanggapi desakan Jepang ini dengan cukup serius, terutama mengingat masalah geopolitiknya dengan Tiongkok. India akan mempertimbangkan desakan semacam itu dengan hati-hati, sebab jika tidak akan terlihat sebagai aliansi melawan Tiongkok.
Saat ini, pemerintah India tampaknya telah menerima panggilan di tingkat tertinggi untuk menjadi bagian dari rantai pasokan global, sehingga India dapat menjadi alternatif dari pasokan rantai Tiongkok di pasar global.
Hal ini juga menjadi salah satu tema utama pidato Hari Kemerdekaan India 15 Agustus lalu. PM Modi mengatakan bahwa pasar bisnis global mulai melihat India sebagai alternatif "pusat rantai pasokan" dan sekarang India juga harus "menciptakan dunia".
Tujuan lain dari desakan Jepang adalah untuk menarik investasi asing langsung untuk mengubah Indo-Pasifik menjadi "pusat kekuatan ekonomi", serta untuk membangun hubungan yang saling melengkapi di antara negara-negara mitra.
SCRI adalah tanggapan langsung terhadap perusahaan dan ekonomi individu yang prihatin tentang perilaku politik Tiongkok dan gangguan yang dapat menyebabkan rantai pasokan, menurut sumber tersebut.
Perlu dicatat, PM Jepang Shinzo Abe telah mencairkan dana sebesar USD2 miliar atau sekitar Rp29,523 triliun untuk membantu perusahaan Jepang keluar dari Tiongkok pasca COVID-19.
Hal ini terjadi di tengah meningkatnya masalah keamanan dan transparansi antara Tiongkok, Australia, dan AS. (*)
Advertisement