Lama Baca 7 Menit

Bagaimana Sejatinya Pasien COVID-19? Berikut Faktanya...

17 July 2020, 13:25 WIB

Bagaimana Sejatinya Pasien COVID-19? Berikut Faktanya...-Image-1

Ilustrasi Isolasi Mandiri COVID-19 - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id – Dilansir dari Tencent News, gangguan organ pada pasien COVID-19 membuat orang panik. Tetapi kenyataannya, 80% pasien dapat menyembuhkan diri sendiri. 

Jadi bagaimana cara menggunakan sumber daya yang ada untuk perawatan di rumah? Apakah bermanfaat mengonsumsi vitamin C? Bagaimana cara menyelamatkan diri dari COVID-19? Bagaimana cara mendeteksi kondisi fisik Anda? 

Mari kita simak berita di bawah ini!

1. Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Didiagnosis COVID-19 Ringan?

Jangan khawatir! Kekebalan tubuh manusia dapat menghasilkan antibodi untuk membunuh beberapa virus, dan beberapa orang dapat mengatasi penyakit sendiri.

Anda juga harus mempertahankan sikap optimis, jangan berpikiran negatif, minum banyak air, istirahat, berolahraga lebih banyak untuk mempertahankan kondisi tubuh yang stabil. Jangan lupa perhatikan agar tubuh tetap hangat dan tidak kedinginan. Selain itu, juga penting untuk makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Beta karoten, vitamin C dan D, seng, suplemen makanan, dll juga dapat secara efektif meningkatkan imunitas.

Beta karoten dapat diubah menjadi vitamin A yang penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang dapat membantu antibodi melawan virus. Biasanya beta karoten dapat dihasilkan dengan makan lebih banyak ubi, wortel, mangga, bayam, brokoli, labu, dll.

Vitamin C dapat meningkatkan kadar antibodi dalam darah. Dosis vitamin C yang diperlukan per hari biasanya hanya 100 mg, namun untuk orang yang perlu meningkatkan kekebalan tubuh dengan cepat meningkatkan, mereka perlu mengonsumsi setidaknya 200 mg vitamin C per hari.. Selain mengonsumsi suplemen VC, vitamin C juga banyak terkandung dalam sayuran dan buah seperti jeruk, kiwi, stroberi, dan brokoli.

Vitamin D, seng, protein, dll. adalah semua elemen efektif yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mengatasi virus. Vitamin D dapat mengurangi penyebaran virus dengan mengubah aktivitas sel darah putih. Sedangkan seng dapat membantu pertumbuhan sel dalam sistem kekebalan tubuh.

2. Bagaimana Isolasi Mandiri dapat Mengatasi Virus?

Jika Anda didiagnosis positif COVID-19 ringan, Anda tidak perlu dirawat di rumah sakit, isolasi mandiri di rumah pun sudah cukup. Berikut langkah-langkahnya!

Konsumsi produk kesehatan seperti seng dan vitamin C, dan dikombinasikan dengan obat yang diresepkan oleh dokter, lalu minumlah tepat waktu setiap hari. Makanlah dengan porsi yang lebih banyak (tentunya yang bergizi, seperti sayuran, buah-buahan, susu, dll.) dan tidur tepat waktu. Jika tubuh Anda mengalami reaksi seperti mual, sakit kepala, dan reaksi lain setelah minum obat, jangan panik. Tetap patuhi instruksi dokter.

Cobalah disinfeksi lingkungan rumah. Seperti membersihkan meja dan lantai dengan alkohol dan disinfektan, bahkan disinfeksilah pakaian Anda. Melakukan kegiatan ini bukan hanya untuk membersihkan lingkungan, tetapi juga agar tubuh Anda tetap bergerak dan mengeluarkan keringat. Tetap jangan lupa untuk minum banyak air dan beristirahat dengan bena dan berolahragalah di rumah setiap hari.

Setelah lebih dari dua puluh hari, datanglah ke rumah sakit lagi untuk dites ulang.

3. Jika Mengisolasi Diri di Rumah, Apakah Keadaan Jadi Membaik?

Faktanya, kebanyakan orang yang terinfeksi COVID-19 virus hanya akan menyebar di rongga hidung atau tenggorokan, dan hanya akan menyebabkan gejala flu biasa seperti batuk. Namun, ketika virus mencapai paru-paru, situasinya menjadi lebih berbahaya.

WHO pernah mengatakan bahwa sekitar 10% hingga 15% pasien dengan COVID-19 ringan akan bertambah buruk, terutama mereka yang lebih tua atau menderita penyakit lain. Orang yang umumnya sehat tidak perlu terlalu khawatir tentang ini. Sering kali, jika seseorang menderita cedera paru-paru, tubuh akan segera memperbaiki dirinya sendiri, dan berbagai sel darah putih akan merespon dengan cepat untuk menghilangkan patogen dan memperbaiki jaringan yang rusak. Karena itu, lengkapilah dengan mengonsumsi vitamin D.

Dalam keadaan normal, jika kualitas fisik cukup baik, tubuh dapat membersihkan virus dalam beberapa hari saja. Dengan kata lain, banyak orang yang terinfeksi COVID-19 ringan, setelah perawatan yang baik, gejalanya akan hilang dengan sendirinya, seperti halnya pilek atau flu biasa.

4. Akankah Seseorang dengan COVID-19 Ringan Akan Memiliki Sisa Gejala di Tubuhnya?

Dokter dari Departemen Pernapasan Rumah Sakit Chaoyang Beijing mengatakan bahwa pasien COVID-19 ringan umumnya akan sembuh dengan lebih baik, dan tidak akan ada gejala sisa setelah rehabilitasi, atau bisa dikatakan dengan pemulihan total.

Virus COVID-19 terutama yang menyerang paru-paru, akan mengembangkan fibrosis di paru-paru setelah infeksi pada beberapa orang, dan memengaruhi beberapa fungsi paru-paru. Tetapi banyak pasien akan pulih setelah setengah tahun hingga satu tahun, dan tidak akan menyebabkan fibrosis paru permanen.

Namun, untuk pasien yang sakit kritis, kerusakan ini mungkin permanen, dan dampaknya pada pasien akan relatif besar.

5. Apakah Orang yang Sudah Sembuh Akan Terinfeksi Kembali dan Menularkannya ke Orang Lain?

Begitu pasien dipastikan pulih, berarti virus telah benar-benar hilang dari tubuhnya, dan virus tidak akan ditularkan ke orang lain. Antibodi juga akan diproduksi dalam sistem kekebalan tubuh orang yang disembuhkan, yang dapat mencegah virus memasuki sel lagi, sehingga mereka tidak akan terinfeksi lagi. Karena itu, orang yang disembuhkan ini tidak akan membawa virus untuk waktu yang lama.

6. Bisakah Seseorang Positif COVID-19 Tanpa Gejala?

Jawabannya, bisa! Orang yang terinfeksi tanpa gejala juga akan memiliki konsekuensi serius karena mutasi virus dan perkembangan penyakit mereka sendiri. Jika telah didiagnosis, bahkan jika tidak ada gejala, janganlah menganggap enteng. Tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk perawatan yang lebih lanjut. Beberapa orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala, dan bahkan beberapa orang tidak memiliki gejala. Begitu gejala muncul, malah makin berkembang menjadi penyakit parah.

Tidak ada gejala tidak berarti tidak menular. Beberapa orang yang terinfeksi COVID-19 tidak memiliki gejala sendiri, tetapi setelah ditularkan ke orang lain, orang yang terinfeksi cenderung memiliki gejala yang sangat serius. Oleh karena itu, masalah penularan pada orang yang asimtomatik (tidak menyebabkan atau menunjukkan gejala) tidak dapat diabaikan begitu saja.

Saat ini, karena masih banyak keterbatasan medis dan tidak dapat sepenuhnya terdeteksi, untuk menghindari penularan asimtomatik, maka orang-orang harus mengambil perlindungan aktif. Seperti memakai masker, melakukan disinfektan, dan physical distancing. (*)