Lama Baca 3 Menit

Profesor AS Mengkritik Teori “China Threat” dan Dapat Dukungan dari Netizen

17 March 2021, 13:26 WIB

Profesor AS Mengkritik Teori “China Threat” dan Dapat Dukungan dari Netizen-Image-1

Richard D. Wolf - Image from Huanqiu

Beijing, Bolong.id - Dalam beberapa tahun terakhir, China Threat telah menjadi topik hangat bagi beberapa politisi dan media Amerika.

Dalam hal ini, Richard D. Wolf, seorang profesor ekonomi Amerika yang terkenal, percaya bahwa gagasan untuk menjelekkan China ini harus dikoreksi.

"Saya ingin menyampaikan bahwa ada kesamaan antara Tiongkok dan Amerika Serikat," ujar Wolf.

Profesor Wolff pertama kali menunjukkan bahwa perbedaan antara China dan Amerika Serikat tidak sebesar yang diharapkan, dan sama sekali tidak perlu menganggap Tiongkok sebagai alien, tetapi hubungan Sino AS memang unik. 

"Tiongkok jelas merupakan kekuatan ekonomi, politik dan budaya dunia yang sedang naik. Sebaliknya, Amerika Serikat adalah kekuatan yang menurun, dan pengaruhnya dalam ekonomi global melemah dari tahun ke tahun. "

Profesor Wolff percaya bahwa alasan mengapa pemerintah AS tidak dapat melakukan sesuatu yang kuat atau lemah yaitu karena pemerintah Tiongkok dapat menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan sesuatu yang tidak mungkin bagi AS.

"Dalam 30 tahun terakhir, tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok jauh lebih cepat daripada Amerika Serikat, dua hingga tiga kali lebih cepat daripada Amerika Serikat, itulah sebabnya Tiongkok menjadi satu-satunya lawan Amerika Serikat dan Uni Eropa," ujarnya.

Kedua, keunggulan institusional Tiongkok memungkinkan pemerintah untuk memobilisasi masyarakat dengan lebih baik dan menyelesaikan masalah-masalah utama.

Profesor Wolff menggunakan pandemi Covid-19 sebagai contoh untuk menggambarkan perbedaan antara Tiongkok dan Amerika Serikat. 

"Tiongkok berfokus pada pemblokiran provinsi Wuhan dan Hubei, sepenuhnya menekan ruang hidup virus, sehingga virus tidak dapat menyebar. Di Amerika Serikat, partai politik dan pemerintah tersebut bertengkar karena masalah sepele dan menunda perang melawan pandemi, yang membuat tidak mungkin untuk mempromosikan tindakan kebijakan apa pun yang sebanding dengan Tiongkok. Namun, Tiongkok lebih mampu menangani keadaan darurat seperti itu," pungkasnya.