Stockholm, Bolong.id - Menyebarnya pandemi COVID-19 di seluruh dunia membuat orang-orang keturunan Asia dilaporkan menghadapi rasisme. Fashion blogger keturunan Filipina, Bryanboy mengatakan dirinya terkejut mendapati poster rasis yang dipajang di tembok sebuah restoran di Stockholm, Swedia.
Bryanboy yang memiliki nama asli Bryan Yambao, tengah makan di restoran dengan seorang teman yang berasal dari Hong Kong pada Sabtu (10/10/2020) lalu. "Ketika kami memesan makanan, kami menyadari ada poster besar di tembok yang mengilustrasikan gambar Xi Jinping dengan warna kulit sangat kuning dan telinga kelelawar, serta tulisan 'Manusia Kelelawar'," ungkapnya.
"Sejak (pandemi) COVID-10 terjadi, saya dan kebanyakan orang Asia lain yang saya tahu telah melalui banyak serangan berbau rasis dan xenofobia di dunia maya," ujar Yambau, yang merupakan warga Filipina kepada BBC. "Jadi ketika saya mendapatinya di kehidupan nyata, rasanya sangat aneh," tambahnya.
Restoran Riche yang terletak di ibu kota Swedia mengatakan banyak orang yang mengungkapkan bahwa poster itu "menganggu dan rasis, yang tentu saja bukan itu maksud sebenarnya". Restoran itu kemudian mengungkapkan permintaan maaf kepada siapapun yang merasa dirugikan melalui sebuah unggahan di akun instagram.
Iron Art Works, seniman dibalik poster tersebut berkata mereka meminta maaf atas kekacauan yang ditimbulkan, namun mereka tidak meminta maaf atas karya yang mereka buat. "Tentu saja saya tidak ingin menyakiti orang, itu sama sekali bukan niat saya," kata mereka, dilansir dari BBC, Selasa (13/10/2020).
Karya seni yang menampilkan presiden Tiongkok ini sebagai "Manusia Kelelawar" yang diduga merupakan referensi atas teori bahwa COVID-19 mungkin berasal dari kelelawar dan ditampilkan di depan matahari terbit ala poster Jepang, poster itu dipasang di restoran beberapa minggu lalu.
Kasus pertama COVID-19 tercatat di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 lalu, tetapi virus tersebut telah menyebar ke seluruh dunia. Pandemi telah menyebabkan gelombang rasisme, xenofobia, dan bahkan kekerasan yang ditujukan kepada orang-orang etnis Tionghoa, serta orang-orang berpenampilan Asia Timur.
Selain itu, banyak ujaran berbau rasisme yang digunakan untuk menyebut COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah memperingatkan agar tidak mengaitkan suatu negara atau etnis apa pun ke pandemi. "Ini bukan 'Virus Wuhan', 'Virus Tiongkok' atau 'Virus Asia'," pungkas badan tersebut dalam pedoman yang dikeluarkan awal tahun ini, seraya menambahkan bahwa "nama resmi untuk penyakit itu sengaja dipilih untuk menghindari stigmatisasi". (*)
Advertisement