Lama Baca 4 Menit

Jangan Bayar Pakai Uang Tunai di China (Lho, Kenapa?)

29 October 2020, 06:38 WIB

Jangan Bayar Pakai Uang Tunai di China (Lho, Kenapa?)-Image-1

Jangan Bayar Pakai Uang Tunai di China (Lho, Kenapa?) - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Sulit bagi kita yang tinggal di luar Tiongkok untuk memahami bagaimana seluruh sistem pembayaran telah berubah menjadi digital di negara tersebut. 

Sebagian besar bisnis di sana, dari hotel termewah hingga kios buah pinggir jalan, menampilkan kode QR yang akan dipindai orang dengan kamera ponsel guna melakukan pembayaran melalui aplikasi pembayaran digital yang dominan di Tiongkok, Alipay dan WeChat. Membayar melalui aplikasi merupakan hal yang biasa, sehingga pengemudi taksi mungkin bisa saja mengutuk Anda karena memberi mereka uang tunai.

Aplikasi pembayaran digital Tiongkok menciptakan jenis perdagangan baru, dan melihat keberhasilannya di negeri tirai bambu, ini menawarkan sekilas masa depan tanpa uang tunai bagi kita semua. 

Dilansir dari nytimes.com, Kamis (29/10/2020), melalui wawancara dengan Ray Zhong yang dulu tinggal di Beijing dan menulis tentang perusahaan induk Alipay yang menjual saham kepada publik untuk pertama kalinya, disebutkan bahwa kartu kredit tidak pernah lazim di Tiongkok, negara ini melewatkan satu generasi keuangan dan langsung beralih ke pembayaran digital berbasis ponsel cerdas. 

Aplikasi Alipay dan WeChay Pay terbilang sederhana untuk bisnis. Jika sebuah bisnis bisa mendapatkan cetakan kode QR, itu bisa dibayar melalui aplikasi. Mereka tidak memerlukan mesin khusus seperti menerima kartu kredit atau banyak pembayaran seluler seperti Apple Pay yang pada dasarnya adalah dompet digital kartu bank, sementara Alipay dan WeChat adalah pembayaran digital yang lebih murni.

Tiongkok memiliki sistem perbankan yang lemah dan didominasi negara. Aplikasi ini memungkinkan bisnis kecil terhubung ke infrastruktur keuangan modern dengan mudah. Pembayaran dengan kartu kredit tidaklah terlalu sulit, tetapi membuat aplikasi lebih mudah untuk membeli barang telah memungkinkan berbagai jenis perdagangan dengan nominal yang kecil.

Namun, ada juga kekhawatiran bahwa Alipay dan WeChat begitu dominan sehingga tidak ada yang bisa bersaing dengan mereka. Sementara itu, pemerintah Tiongkok pun sangat memperhatikan fenomena ini. Mereka kemudian membatasi biaya yang dapat dikenakan Alipay dan WeChat kepada pedagang. Dalam memberikan pinjaman dan menjual investasi, pemerintah ingin memastikan peminjam tidak ditipu dan dana investasi tidak mengambil risiko yang berlebihan.

Aplikasi ini awalnya menggambarkan diri mereka sebagai alternatif dari sistem perbankan konvensional yang didukung pemerintah. Namun, sebagai tanggapan atas pengawasan pemerintah, Alipay dan WeChat dengan sengaja kini mengatakan bahwa mereka adalah mitra bank, bukan pesaing. Beberapa dana dan lembaga milik pemerintah menjadi investor di Ant Group, pemilik Alipay. (*)