Tiongkok Tolak Kritik AS - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Washington, Bolong,id - Tiongkok pada hari Jumat (3/6/2020) lalu, menolak kritik yang dilontarkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), atas rencananya untuk mengadakan latihan militer di Laut Tiongkok Selatan. Pihak Tiongkok juga menyarankan agar Washington harus disalahkan atas meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.
Tiongkok mengumumkan bahwa mereka telah merencanakan lima hari latihan militer, mulai 1 Juli 2020, di dekat Kepulauan Paracel, yang menjadi wilayah sengketa Vietnam dan Tiongkok. Markas Departemen Pertahanan AS, Pentagon, mengatakan, pada hari Kamis (2/6/2020), bahwa melakukan latihan militer di wilayah yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan adalah "kontraproduktif terhadap upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas". Pentagon menyatakan, "Latihan militer adalah tindakan terbaru dalam serangkaian tindakan RRT yang menegaskan klaim kelautan, yang melanggar hukum dan merugikan tetangga-tetangga Asia Tenggara di Laut Tiongkok Selatan.”
Vietnam dan Filipina juga mengkritik rencana latihan Tiongkok tersebut, memperingatkan bahwa hal itu dapat menciptakan ketegangan di kawasan tersebut dan berdampak pada hubungan Beijing dengan negara tetangganya. Sekretaris Urusan Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, memperingatkan Tiongkok pada hari Jumat, dengan mengucapkan “Tiongkok akan menemui tantangan terberat (melalui jalur) diplomatik, jika aktivitas tersebut memasuki wilayah Filipina.”
“Yang pasti, Tiongkok sama berhaknya, seperti negara lainnya, untuk memohon kebebasan navigasi dalam latihan militernya. Tetapi kebebasan itu, perlu diingatkan, membutuhkan pelayaran yang lurus dan tanpa gangguan,” tambah Locsin, melansir dari Reuters.
Juru bicara Kementerian Luar negeri Negeri, Zhao Lijian (赵立坚), ketika ditanya mengenai komentar Pentagon selama briefing harian di Beijing, mengatakan bahwa latihan militer yang dimaksud merupakan lingkup kedaulatan Tiongkok dan "negara-negara non-regional" tertentu, yang melakukan latihan militer di Laut Tiongkok Selatan. Zhao tidak menyebutkan nama negara mana pun, tetapi AS juga pernah melakukan banyak operasi navigasi dengan mengirimkan kapal perangnya melalui daerah tersebut untuk menegaskan kebebasan akses ke saluran air internasional.
AS menuduh Tiongkok melakukan militerisasi di Laut Tiongkok Selatan, berusaha mengintimidasi tetangga-tetangga Asia yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang luas. Sementara itu, Tiongkok mengklaim 90% dari Laut Tiongkok Selatan yang kaya energi, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagian dari wilayah tersebut, di mana perdagangan senilai $ 3 triliun atau setara dengan 43.597 triliun rupiah berlalu setiap tahunnya. (*)
Advertisement