Lama Baca 3 Menit

Media Israel Sebut Beberapa Negara "Senang" atas Penderitaan AS

07 June 2020, 10:20 WIB

Media Israel Sebut Beberapa Negara

Demo Kerusuhan di Amerika Serikat - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Sebuah media Israel, Jerusalem Post, dilaporkan menurunkan artikel mengenai adanya segelintir negara yang ‘senang’ terkait adanya musibah di AS saat ini. Beberapa negara itu seperti Iran, Turki, dan juga Tiongkok. Jerusalem Post menyebut, jika AS adalah negara terkuat di dunia sejak Rusia dan negara sekutunya runtuh pada tahun 1989. Namun, Rusia, dan beberapa negara seperti Tiongkok, Iran, dan Turki tidak menyerah begitu saja, sebaliknya mereka tetap berusaha untuk menjalin kerja sama dan sering mengikuti forum global yang tidak dihadiri AS.

Kebijakan negara-negara ini adalah dengan melancarkan siasat untuk menjatuhkan AS secara perlahan dengan menunggu saat-saat AS melemah, seperti sekarang. Dilansir dari NBCNews, dikatakan bahwa demi melancarkan serangan lawan AS atas pembunuhan Floyd, kesalahan aparat polisi dan kerusuhan warga sipil, negara-negara ini diduga memiliki media editorial daring pemerintah yang disponsori dengan baik, seperti RT, TRT, Tasnim dan Fars News Iran, termasuk sejumlah media Tiongkok. Meski, menurut laporan tersebut, masing-masing negara justru memiliki tujuan yang berbeda-beda.          

Senin pekan kemarin, sejumlah media Iran banyak memberitakan mengenai "keruntuhan" AS dengan mengutip sumber-sumber dari Rusia. Tak mau kalah, mantan presiden Iran juga membuat komentar serupa tentang tatanan AS yang terus menurun. Hal ini mengacu pada konsep poros perlawanan di Iran, dan kekalahan arogansi AS. Tujuan utama Iran tampaknya adalah untuk mendiskreditkan AS terhadap catatan hak asasi manusia Iran dan menyerang sanksi AS. 

Aksi serupa juga dilakukan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa AS adalah bagian dari "tatanan yang tidak adil" di dunia. Adapun, media Rusia sendiri sebagian besar hanya berfokus pada fakta-fakta aksi protes yang mana sejalan dengan praktik Rusia dalam melaporkan unjuk rasa di Barat. Sementara, Tiongkok memiliki tujuan utama untuk mendiskreditkan AS atas tindakan keras Tiongkok terhadap Hong Kong.*