Chinese People's - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id - Orang-orang Tiongkok yang berada di Amerika Serikat (AS) telah menjadi korban terbesar dan menjadi kambing hitam atas meningkatnya konflik yang terjadi antara Tiongkok dan AS. Belum lama ini, AS mengumumkan akan melarang maskapai Tiongkok melakukan penerbangan ke AS. Kebijakan AS tersebut telah membuat ketidaknyamanan dan dilema bagi orang-orang Tiongkok di AS yang berniat pulang pada musim panas ini.
Departemen Transportasi Federal AS menyatakan bahwa empat maskapai penumpang yakni Air China (中国国际航空), China Eastern Airlines (中国东方航空), China Southern Airlines (中国南方航空), dan Xi'amen Airlines (厦门航空) akan dilarang terbang ke AS mulai 16 Juni mendatang, sebagai tanggapan atas penolakan Tiongkok sebelumnya terhadap United Airlines dan Delta untuk melanjutkan penerbangan ke Tiongkok. Huang Hanhua (黄涵华), seorang penanggung jawab Federasi Orang Tiongkok (华人联合会) mengatakan bahwa kebijakan tersebut tentu akan berdampak besar pada orang-orang Tiongkok di AS, terutama lansia yang tidak bisa berbahasa Inggris dan bergantung pada maskapai Tiongkok untuk bepergian. Kebijakan tersebut juga akan membuat orang-orang Tiongkok harus melakukan penerbangan berkali-kali dan menghadapi kenaikan tarif pengiriman karena kota-kota di Tiongkok tidak dapat dicapai secara langsung dari AS.
Huang Hanhua (黄涵华) berkata, “Apakah itu perang dagang AS-Tiongkok atau wabah virus SARS-CoV-2 yang baru-baru ini telah mendorong orang-orang Tiongkok di AS ke puncak badai. Meskipun sudah menjadi korban terbesar, saat ini mereka akan menjadi “kambing hitam” dibawah kepentingan politik”. Ia juga mengatakan akan terus memperhatikan tren kebijakan ini. Jika Trump bersikeras menerapkannya, Ia akan mengorganisir kelompok-kelompok has asasi Tiongkok untuk menandatangani petisi memprotes kebijakan ini, seperti yang dilansir dari laman cfcnews.com.
Anggota Dewan Kota, Justin Brannon dan Direktur Urusan Masyarakat, Chen Weiyi (陈伟仪) yang biasanya melayani sejumlah imigran Tiongkok di daerah pemilihan, mengatakan bahwa setelah kerusuhan yang terjadi di AS dan menjelang musim panas, banyak orang-orang Tiongkok yang berencana kembali ke kota asal mereka. Namun, dengan adanya kebijakan baru tersebut memaksa mereka untuk melakukan penerbangan melalui negara ketiga. Pemerintah seharusnya tidak mendorong pendekatan semacam itu karena hal tersebut merupakan pilihan yang tidak bijaksana dibawah pengaruh pandemi saat ini yang dikhawatirkan dapat menyebabkan gelombang virus berikutnya. Chen Weiyi (陈伟仪) berharap AS dan Tiongkok akan mempertimbangkan keadilan hak penerbangan dan hak penumpang agar tidak membiarkan orang Tiongkok di AS membayar mahal untuk keputusan tersebut.*
Advertisement