Duta Besar China untuk ASEAN, Deng Xijun - Image from Sekretariat FPCI
Jakarta, Bolong.id - Berkat upaya bersama negara-negara kawasan, pandemi di Tiongkok dan Asia Tenggara (ASEAN) secara umum dapat dikendalikan. Sebagian besar negara sudah mulai mengalihkan fokus utama mereka dari pengendalian pandemi ke pemulihan ekonomi.
Membangun kerja sama erat Tiongkok-ASEAN dalam pengendalian pandemi dalam beberapa bulan terakhir, Tiongkok juga condong ke arah pemulihan ekonomi regional. Sekali lagi, kerja sama ASEAN-Tiongkok memimpin dengan memberi contoh di kawasan dan sekitarnya dalam menahan virus dan meningkatkan pemulihan, demikian dinyatakan Duta Besar Tiongkok untuk ASEAN Deng Xijun dalam Jakarta Forum ketiga, yang digelar virtual oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), Senin (2/11/20).
Forum diskusi tersebut bertajuk memperkuat pemulihan ekonomi regional, yang merupakan masalah paling mendesak dan relevan untuk wilayah ASEAN saat ini.
Dalam sambutannya, Deng Xijun membagikan beberapa episode terpenting dari kerja sama Tiongkok-ASEAN baru-baru ini, antara lain:
Pertama, para pemimpin Tiongkok dan ASEAN memberikan panduan strategis melalui komunikasi yang diperkuat.
Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Keqiang dan Penasihat Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi telah memelihara komunikasi yang erat dengan rekan-rekan ASEAN masing-masing serta Sekretaris Jenderal ASEAN, menetapkan arah kerja sama Tiongkok-ASEAN di saat-saat sulit ini. Beruntung, Tiongkok melanjutkan diplomasi tatap muka dengan ASEAN dalam beberapa bulan terakhir.
Direktur Yang Jiechi dari Kantor Komisi Pusat Urusan Luar Negeri mengunjungi Singapura dan Myanmar. Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi menerima Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Utusan Khusus Presiden Indonesia Luhut Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin serta melakukan kunjungan ke Kamboja, Malaysia, Laos, Thailand dan Singapura.
“Pertukaran ini memperdalam komunikasi kami, meningkatkan kepercayaan dan menyuntikkan dorongan dalam pemulihan ekonomi. Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN-Tiongkok pada September 2020 juga mengirimkan sinyal yang kuat tentang komitmen kami untuk bersama-sama memimpin kerja sama regional melawan COVID-19 dan mendorong pemulihan ekonomi,” ujar Deng Xijun.
Kedua, Tiongkok dan ASEAN telah mendorong dimulainya kembali pekerjaan dan produksi untuk mendorong pertumbuhan regional.
Tiongkok telah membentuk “jalur cepat” dan “jalur hijau” dengan Singapura, Laos, Kamboja, Myanmar, dan Indonesia untuk memfasilitasi pergerakan personel dan masyarakat, menghubungkan jalur tersebut ke dalam jaringan regional dan melanjutkan penerbangan langsung dengan beberapa negara ASEAN. Upaya ini bertujuan untuk menstabilkan produksi dan rantai pasokan regional, mengembangkan model pertumbuhan dan bentuk bisnis baru, dan dengan demikian memberikan momentum yang lebih kuat dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan.
Ketiga, Tiongkok dan ASEAN telah memelihara hubungan perdagangan yang tangguh.
Sangat menggembirakan melihat perdagangan ASEAN-Tiongkok tumbuh dengan kuat meskipun terjadi pandemi. ASEAN tetap menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok sepanjang tahun.
Dalam tiga kuartal pertama, perdagangan ASEAN-Tiongkok mencapai USD 481,8 miliar (sekitar Rp7 ribu triliun), menyumbang sepertujuh dari perdagangan luar negeri Tiongkok.
Itu tumbuh sebesar 5,6 persen di kuartal kedua dan 7,7 persen di kuartal ketiga, jauh lebih cepat daripada antara Tiongkok dan mitra dagang lainnya.
Perlu dicatat bahwa perdagangan antara Tiongkok dan Vietnam bahkan melonjak sebesar 23,5 persen di kuartal ketiga.
Tahun ini, Tiongkok sudah melakukan investasi langsung sebesar USD 10,7 miliar (sekitar Rp156,7 triliun) di negara-negara ASEAN, naik 76,6 persen. Angka-angka ini menunjukkan ketahanan yang kuat dan potensi penuh dari hubungan ekonomi Tiongkok-ASEAN.
Keempat, Tiongkok dan ASEAN telah bekerja lebih erat dalam proyek Belt and Road.
Tiongkok dan negara-negara ASEAN terus mendorong proyek-proyek BRI (Belt and Road Initiative) berkualitas tinggi dan menciptakan lebih banyak sinergi antara BRI dan MPAC (Master Plan on ASEAN Connectivity) 2025 dengan mengatasi kesulitan yang dibawa oleh pandemi. Upaya bersama ini kondusif bagi pemulihan ekonomi lokal.
Pembangunan Kereta Api Tiongkok-Laos bergerak maju dengan cepat, dengan 75 terowongan dibor dan beberapa stasiun akan selesai. Mengenai rel kecepatan tinggi Jakarta-Bandung, konstruksi telah dimulai di 229 dari 237 lokasi proyek, dengan dua balok utama berkelanjutan telah diselesaikan dan Terowongan No. 10 melintasi jalur kereta api yang ada baru-baru ini, menandai terobosan lain.
Proyek Jalan Tol Phnom Penh-Sihanoukville telah berjalan mulus, dengan lebih dari seperempat konstruksi selesai. Tiongkok juga telah mencapai konsensus penting dengan negara-negara ASEAN dalam percepatan proyek-proyek besar, termasuk Kereta Api Tiongkok-Thailand dan East Coast Rail Link Malaysia.
“Sebagai tetangga dan mitra dekat Tiongkok, negara-negara ASEAN berada dalam posisi terbaik untuk menarik momentum dari pola pembangunan baru Tiongkok. Saya yakin ASEAN akan memanfaatkan peluang ini dan melihat pemulihan ekonomi pada kecepatan yang lebih cepat,” kata Deng Xijun. (*)
Advertisement