Ilustrasi Tentara China - Image from Insider
Bolong.id - Tahun lalu, Tiongkok mengalokasikan USD 209 miliar (sekitar Rp 3000 T) untuk anggaran pertahanannya. Akhir-akhir ini Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok atau People’s Liberation Army (PLA) lebih fokus pada peralatan daripada pelatihan, personel, dan pemeliharaan.
Pada tahun 60-an, Tiongkok hanya menyisihkan 20% anggaran militer untuk peralatan.
Selama bertahun-tahun, Tiongkok telah menjadikan modernisasi militer sebagai prioritas.
PLA telah mengintegrasikan AI ke dalam prosedur mekanisasi mereka untuk mengembangkan berbagai bentuk sistem peperangan elektronik.
Kendaraan Cerdas dan Otonom
Dilansir dari analyticsindiamag.com pada Senin (21/2/2022), sejak peluncuran UAV tempur Wing Loong-1 pada tahun 2009, PLA terus mengembangkan sistem cerdas dan independen untuk peperangan udara dan laut.
CSET telah melihat lebih dari 343 kontrak peralatan AI (PLA), di mana 35% di antaranya adalah tentang kendaraan cerdas atau otonom.
Catatan pengadaan menunjukkan bahwa BUMN pertahanan Tiongkok telah membeli kendaraan COTS (commercial-off-the-shelf) dengan bantuan platform pembelian publik yang dikenal sebagai Drone Network.
Sementara itu, sebagian besar kontrak UAV ditujukan kepada angkatan udara. CSET menemukan bahwa unit PLA telah mendanai penelitian tentang penerbangan otonom dan membeli modul interferensi dan pemrosesan data cerdas untuk UAV.
Misalnya, Chinese Academy of Sciences (CAS) dan Shenyang Institute of Automation (SIA) didukung oleh negara untuk penelitian kendaraan cerdas.
Pada tahun 2020, institut tersebut diberi kontrak untuk membangun sistem penghindaran tabrakan cerdas 3D untuk China Aerospace Science and Technology (CASC) dan mesin terbang mandiri yang cerdas untuk Angkatan Udara PLA (PLAAF).
WIng Loong-1 - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami
Pemeliharaan Prediktif dan Logistik
Seperti Amerika Serikat, PLA telah mengerahkan AI untuk pemeliharaan dan logistik. Selain itu, 11% dari 343 kontrak AI difokuskan pada pemeliharaan, perbaikan, atau logistik.
Sementara itu, kontraktor ahli PLA telah datang dengan perangkat lunak berbasis AI untuk mendeteksi kebocoran, diagnosis kesalahan, dan mengotomatiskan pemesanan (gudang pintar).
Pada bulan Maret 2020, Academy of Military Sciences menghubungi Anwise Global Technology untuk membangun platform pengujian kode otomatis.
Saat ini, Anwise adalah produsen peralatan cerdas terbesar di Tiongkok yang secara eksklusif berfokus pada kedirgantaraan militer dan elektronik.
Perusahaan ini juga telah mengembangkan aplikasi berbasis AI untuk membuat perpustakaan prototipe virtual untuk mengevaluasi persenjataan dirgantara.
Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian
AI berpotensi mengganggu Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian (ISR) militer. Menariknya, satu dari setiap lima kesepakatan AI PLA ada di sekitar ISR. AI banyak digunakan untuk analisis citra geospasial, analisis media, dan akuisisi intel.
Selama tahun 2020, CASC dan PLASSF mengirim pesanan untuk memperoleh peralatan untuk deteksi permukaan terpolarisasi, pengukuran jarak, dan sistem fusi data multisumber yang tertanam di satelit.
Selain itu, PLASSF telah menandatangani kesepakatan dengan Beijing Uxsino Software Co untuk mengembangkan persepsi informasi geospasial dan subsistem analisis cerdas.
Ilustrasi Senjata Tentara China - Image from AP
Simulasi dan Pelatihan
Sebelumnya, PLA telah berjuang dengan kurangnya pesawat, pelatihan yang tidak tepat, masalah internal selama operasi bersama, dan struktur organisasi yang kaku.
Sekarang PLA menggunakan permainan perang untuk mensimulasikan peperangan untuk melatih perwira militer dalam pemikiran strategis atau untuk mempelajari sifat potensi konflik.
PLA telah meluncurkan kontrak untuk mengembangkan perangkat lunak permainan perang berbasis AI yang digunakan di lembaga militer dan program pendidikan.
Misalnya, sebuah perusahaan Tiongkok bernama DataExa mengembangkan simulator permainan perang berbasis AI yang dikenal sebagai AlphaWar, terinspirasi oleh AlphaStar, sistem AI yang memainkan Starcraft dari DeepMind.
Pengenalan Target Otomatis atau Automated Target Recognition (ATR)
Industri di seluruh dunia telah beralih ke otomatisasi untuk memangkas biaya dan meningkatkan efisiensi. Demikian pula, PLA telah menyatakan bahwa pengenalan target dan pengendalian tembakan adalah karakteristik paling penting dari sistem senjata modern.
Namun, menggunakan AI dalam hal ini relatif baru dan tidak lazim. Pada tahun 2020, PLA dan BUMN pertahanan mulai mendistribusikan kontrak untuk deteksi target berdasarkan citra radar aperture sintetis, algoritma pengenalan target untuk UAV, ekstraksi fitur, algoritma pengenalan, dan fusi multi-target.
PLA menyebarkan perangkat lunak ATR berbasis AI di kendaraan udara. Saat ini, perusahaan swasta seperti Shandong Hie-Tech mengiklankan sistem ATR yang dipasang di UAV. Perusahaan diminta untuk membuat UAV dan peralatan pendukung pada Juni 2020 untuk PLA. (*)
Informasi Seputar Tiongkok
Advertisement