Ernest Prakasa, Komedia Keturunan Tionghoa yang Beprestasi

Ernest Prakasa - Image from radarbanyumas.co.id

Jakarta, Bolong.id -Ernest Prakasa adalah seorang pelawak tunggal berkebangsaan Indonesia. Ia mulai dikenal sejak meraih peringkat ketiga dalam acara Stand-Up Comedy Indonesia (SUCI) pada 2011. Ia menjadikan pengalamannya didiskriminasi sebagai keturunan Tionghoa di Indonesia sebagai materi komedinya.

Ernest sudah tidak asing lagi di telinga rakyat Indonesia. Ia sukses menghibur orang dengan komedinya, tidak hanya itu Ernest juga turut membintangi film bahkan menjadi sutradara dalam filmnya yang berjudul "Cek Toko sebelah".

Film ini meraih lebih dari 2,6 juta penonton, serta menyabet banyak perhargaan diantaranya untuk kategori Film Terbaik di Indonesia Box Office Movie Awards, Festival Film Bandung, dan Indonesia Movie Actors Awards; serta kategori Skenario Asli Terbaik di Festival Film Indonesia, Piala Maya, Festival Film Bandung, dan Indonesia Box Office Movie Awards.

Film ini juga mengantarkan Ernest ke penghargaan internasional pertamanya, yakni Best Director di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017.

Sejak 2007 pria keturunan Tionghoa ini telah menikah dengan Meira Anastasia dan telah dikaruniai dua orang anak.

Ernest telah melakukan sebuah tur komedi tunggal pada 2012, dan ia merupakan komedian pertama Indonesia yang melakukan hal itu.

Dilansir dari Kompas.com, ia melakukan tour di 11 kota yakni Bandung, Semarang, Solo, Denpasar, Malang, Surabaya, Makassar, Kendari, Samarinda, Palangkaraya dan ditutup di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 10 Juli 2012.

Pada 9 Februari 2013, Ernest menggelar sebuah pertunjukan Stand Up Comedy bersama komedian beretnis Tionghoa-Indonesia lainnya dengan tajuk Ernest Prakasa & The Oriental Bandits yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukan tersebut digelar satu hari sebelum Imlek.

Ernest Prakasa adalah salah satu keturunan Tionghoa yang berkontribusi di dunia hiburan tanah air yang sangat sukses. Kepopuleraannya juga tidak lepas dari dukungan rakyat Indonesia yang dapat menerima kontribusi dari orang Indonesia yang tidak membedakan ras. (*)