Ilustrasi proses bedah plastik - Image from Sim Chi Yin/ The New York Times
Shanghai, Bolong.id - Operasi plastik bedah betis, masih bahaya. Namun, Kaola wanita Tiongkok usia 30 tahun itu merasa kakinya kurang sempurna dan ingin operasi ini.
Di usia 20-an, dia mencoba segala cara untuk membuat kakinya lebih ramping. Diet, olahraga, dan bahkan sedot lemak sudah ia coba, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Jadi, pada bulan Februari tahun ini, Kaola memutuskan untuk menjalani perawatan berisiko yang menyebabkan kegemparan di Tiongkok yaitu, operasi pengurangan betis yang dikenal sebagai crus muscle block.
Prosedur ini melibatkan pemutusan beberapa saraf di dalam betis, melemahkan otot dan, jika semuanya berjalan dengan baik, operasi ini akan membuat kakinya lebih ramping.
Dilansir dari Sixth Tone pada Jumat (9/7/2021), prosedur ini dikembangkan di Korea Selatan pada 1990-an, lalu menyebar ke bagian lain Asia Timur di mana standar kecantikan tradisionalnya adalah wanita yang langsing dan memiliki sedikit otot.
Sekarang, klinik kecantikan di Tiongkok sedang gencar mempromosikan crus muscle block, menggambarkannya sebagai solusi instan bagi mereka yang menginginkan tubuh yang sempurna.
Ilustrasi crus musle block - Image from 整形医生修志夫/Weibo
Tetapi ini berisiko. Meskipun penelitian menunjukkan sebagian besar pasien crus muscle block mengalami sedikit efek samping, jika operasinya salah, beberapa dapat menderita rasa sakit atau bahkan menjadi lumpuh.
Crus muscle block belum disetujui oleh Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, dan para ahli kesehatan Tiongkok telah memperingatkan bahwa prosedur ini berpotensi berbahaya.
“Yang membuatnya tidak terkendali adalah kami (ahli bedah plastik) tidak tahu berapa tepatnya jumlah saraf yang harus dipotong, karena otot betis biasanya cukup rumit untuk dibedakan,” kata Xue Hongyu, direktur departemen bedah kosmetik Rumah Sakit Ketiga Universitas Peking.
Tapi itu tidak menghentikan semakin banyak wanita Tiongkok mendaftar untuk melakukan operasi ini. Industri bedah plastik Tiongkok telah berkembang pesat menjadi yang terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhi. Diperkirakan bernilai 300 miliar yuan ($ 46 miliar) pada tahun 2025.
Di masa lalu, wanita Tiongkok lebih banyak memilih operasi kelopak mata atau operasi hidung. Tetapi sekarang permintaan untuk operasi di bagian tubuh lain semakin meningkat dan lebih berani. Pengurangan betis, pembesaran telinga untuk membuat telinga menjadi seperti peri, dan rekonstruksi alat kelamin telah menjadi trend.
Kaola tahu hasil dari crus muscle block masih belum terjamin, tetapi ia memutuskan untuk tetap melanjutkan operasi. Prospek akhirnya memiliki kaki ramping yang dia impikan sejak kecil terlalu menarik untuk ditolak. Wanita muda, yang bekerja untuk sebuah perusahaan internet di Shanghai itu, mengatakan dia membenci tubuhnya sendiri.
Perasaan ini dipicu oleh komentar yang sering didapatkan dari kerabat dan kenalan tentang berat badannya. Di lemari pakaiannya, dia hanya memiliki sedikit rok atau celana pendek, dan lebih banyak memiliki gaun panjang yang menutupi betisnya.
“Kakiku jauh lebih besar daripada kebanyakan wanita yang memiliki tubuh serupa denganku,” kata Kaola. “Yang paling menyakitkan bagiku adalah ketika aku mencoba pakaian baru. Rasanya sangat stres ketika aku tidak bisa mengenakan pakaian yang cantik.”
Kaola membayar 30.000 yuan ($ 4.600) untuk prosedur operasi tersebut di sebuah klinik bedah kosmetik swasta di Shanghai bernama TG Young.
Hasilnya jauh dari memuaskan. Lebih dari empat bulan setelah operasi, otot betis Kaola ukurannya masih sama.
Satu-satunya perubahan yang ada adalah dia sekarang merasakan sakit di kakinya dan kesulitan berlari daripada sebelumnya.
Wanita Tiongkok lainnya mengklaim bahwa mereka menderita efek samping yang sama setelah operasi tersebut, dan memicu diskusi intens di media sosial. Tagar terkait telah menerima lebih dari 320 juta tampilan di Weibo.
Ilustrasi proses bedah plastik - Image from Alamy
Kisah-kisah ini telah menimbulkan kekhawatiran sekali lagi tentang regulasi industri bedah kosmetik Tiongkok yang longgar, yang telah lama terkenal karena taktik pemasaran yang agresif dan operasi yang gagal.
Crus muscle block bukan satu-satunya trend prosedur bedah kosmetik i yang mengkhawatirkan para ahli kesehatan Tiongkok. Klinik bedah plastic juga telah mendorong wanita untuk menjalani operasi rekonstruksi alat kelamin, mengklaim prosedur tersebut membuat alat kelamin lebih merah muda dan lebih menarik secara estetika.
Menurut sebuah laporan oleh platform operasi plastik Gengmei, pasar operasi kosmetik genital wanita Tiongkok tumbuh 100% dari tahun ke tahun pada tahun 2019.
Rekonstruksi alat kelamin wanita dapat melibatkan berbagai prosedur. Operasi yang paling umum termasuk menggunakan laser untuk menghilangkan melanin dari labia, dan menghilangkan labia minora yang membesar. Tetapi Tiongkok tidak memiliki banyak dokter berlisensi untuk melakukan rekonstruksi alat kelamin wanita.
Di media sosial, banyak orang mengkritik wanita yang menjalani prosedur invasif seperti crus muscle block, menuduh mereka melakukan hal yang sia-sia dan sembrono, daripada memfokuskan kritik pada masalah tekanan sosial atau malpraktik industri.
Wanita Tiongkok pasca jalani bedah plastik - Image from Chandan Khanna/AFP/Getty Images
Namun Chelsea Yang, seorang konselor kesehatan mental yang berbasis di Baltimore yang mengkhususkan diri dalam masalah citra tubuh, mengatakan bahwa media sosial telah menjadi faktor utama yang mendorong berbagai trend bedah plastik di Tiongkok.
“Dari permukaan, sepertinya para wanita ini secara sukarela mengubah penampilan mereka, tetapi alasan di baliknya adalah penindasan yang mereka alami oleh masyarakat yang didominasi pria,” kata Yang.
Dalam beberapa tahun terakhir, influencer Tiongkok telah mempromosikan serangkaian tantangan ekstrem yang dirancang untuk membuktikan bahwa mereka memiliki tubuh yang sempurna, seperti menunjukkan bahwa mereka dapat menyembunyikan pinggang kecil mereka di balik selembar kertas A4.
Tren ini telah menyebabkan banyak wanita mengembangkan citra tubuh yang tidak sehat, menurut Yang. Dia mengatakan bahwa lebih dari 85% kliennya yang berasal dari Tiongkok, yang memiliki masalah dengan citra tubuh adalah wanita. (*)
Advertisement