Lama Baca 4 Menit

Dialog Lanjutan Menlu RI dan China, Bahas G20?

06 April 2022, 11:59 WIB

Dialog Lanjutan Menlu RI dan China, Bahas G20?-Image-1

Menlu RI (kiri) dan Menlu China (kanan) - Image from 中华人民共和国外交部

Huangshan, Bolong.id – Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi mengadakan pembicaraan lanjutan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi pada 31 Maret di Tunxi, kota Huangshan, Tiongkok.

Dilansir dari 中华人民共和国外交部 pada (4/4/2022) dalam pertemuan ini, Wang Yi mengatakan bahwa hubungan Tiongkok dan Indonesia adalah perwakilan dari negara-negara berkembang yang penting dan kedua belah pihak memiliki kepentingan bersama yang luas serta terus memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan.

Intensifnya hubungan komunikasi antara Presiden Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Indonesia, Joko Widodo menunjukkan hubungan bilateral yang strategis dan tingkat tinggi. Dalam menghadapi pandemi global dan perubahan.

Tiongkok - Indonesia telah bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan dan membangun pola kerjasama baru "penggerak empat roda" yaitu kerjasama politik, ekonomi, budaya dan maritim. Tiongkok bersedia bekerja sama dengan Indonesia untuk bersama-sama memimpin tren kerja sama regional, mempromosikan tata kelola global, dan menetapkan model bagi negara-negara berkembang untuk bersatu dan bekerja sama untuk pembangunan dengan membangun komunitas masa depan bersama.

Wang Yi mengatakan bahwa kedua belah pihak harus memperkuat pola, membentuk lebih banyak konsensus, dan mengumpulkan lebih banyak hasil. Selain itu juga untuk memastikan penyelesaian kereta cepat Jakarta-Bandung yang berkualitas tinggi sesuai jadwal, mendukung perusahaan dari kedua negara dalam melakukan kerja sama produksi, penelitian, dan pengembangan vaksin, serta membantu Indonesia dalam membangun pusat produksi vaksin regional.

Tiongkok juga menyambut lebih banyak produk berkualitas tinggi dari Indonesia untuk diekspor ke Tiongkok, sehingga tercapai perkembangan perdagangan bilateral yang seimbang dan sehat.

Retno mengucapkan selamat kepada Tiongkok atas keberhasilan penyelenggaraan rangkaian konferensi Afghanistan, dengan mengatakan bahwa konferensi tersebut akan menyatukan negara tetangga Afghanistan, membantu mempercepat rekonstruksi damai dan peningkatan mata pencaharian masyarakat di Afghanistan.

Hubungan Indonesia-Tiongkok berkembang dengan baik, dan kerja sama di berbagai bidang terus mengalami kemajuan penting. Tiongkok telah menjadi mitra ekonomi dan perdagangan terbesar Indonesia.

Tahun 2021 lalu, volume perdagangan kedua negara meningkat 54%, menciptakan 250.000 lapangan kerja bagi Indonesia. Indonesia menyambut baik Tiongkok dalam meningkatkan investasi dan partisipasinya dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia.

Terima kasih kepada Tiongkok yang telah membantu Indonesia membangun pusat produksi vaksin regional, dan bersedia memperkuat kerja sama bilateral dalam perawatan medis dan konektivitas.

Kedua belah pihak bertukar pandangan tentang pendalaman kemitraan strategis komprehensif Tiongkok-ASEAN, dan sepakat untuk merumuskan rencana aksi sesegera mungkin untuk memperkuat keselarasan antara bidang kerja sama utama "Belt and Road" dan "ASEAN Indo-Pacific Outlook".

Lebih lanjut Menlu RI, Retno menyatakan bahwa “ASEAN Indo-Pacific Outlook” sejak awal fokus pada ekonomi pembangunan, berkomitmen pada kerja sama regional yang saling menguntungkan, dan menjaga kepentingan bersama negara-negara kawasan.

Wang Yi menekankan bahwa Tiongkok mendukung sentralitas ASEAN dan mendukung struktur kerja sama regional berbasis ASEAN.
Maksud dan tujuan ASEAN Indo-Pacific Outlook cukup berbeda dengan Strategi Indo-Pasifik AS yang bertujuan untuk memprovokasi konfrontasi antar kubu dan memicu ketegangan wilayah regional.

Kedua belah pihak sepakat untuk memperkuat koordinasi dan kerja sama di G20. Wang Yi menyatakan bahwa Tiongkok akan sangat mendukung Indonesia dalam mensukseskan saat menjadi tuan rumah KTT G20 Bali, selain itu juga menekankan bahwa G20 harus fokus pada koordinasi kebijakan ekonomi makro dan tidak boleh dipolitisasi. Semua anggota memiliki status yang sama dan tidak ada yang berhak memecah G20.

Kedua belah pihak juga saling bertukar pandangan tentang situasi di Ukraina dan masalah lainnya. (*)