Lama Baca 3 Menit

Gatot Nurmantyo Dukung AS Tolak Klaim China di Laut China Selatan

24 February 2021, 09:22 WIB

Gatot Nurmantyo Dukung AS Tolak Klaim China di Laut China Selatan-Image-1

Gatot Nurmantyo - Image from berbagai sumber. Segala keluhan terkait hak cipta silahkan hubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Gatot Nurmantyo, mantan panglima TNI menyatakan dukungan pada Amerika Serikat (AS) menolak klaim Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Penolakan AS terhadap klaim Tiongkok dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, akhir Januari lalu.

Dikutip dari Kompas.com (23/2/2021), Gatot menyebutkan dalam sebuah keterangan tertulis bahwa "Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia menyambut sikap AS sebagai langkah penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan kawasan ASEAN".

Ia menilai, sikap AS merupakan respon atas pelanggaran yang dilakukan Tiongkok terhadap hukum internasional, United Nations Convention on The Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Ia juga berpesan bagi seluruh negara anggota ASEAN dan khususnya Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara untuk tetap berkomitmen dalam mematuhi hukum internasional.

Gatot kemudian menambahkan, Indonesia sebagai negara anggota aktif PBB, perlu segara meningkatkan peran diplomasi di forum internasional. Peningkatan peran tersebut ia nilai akan sesuai dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia.

"[ini demi] menjaga ketertiban dan perdamaian khususnya di kawasan ASEAN [dan] di dunia pada umumnya," ucap Gatot.

Lebih lanjut lagi, AS sebagai mitra strategis ASEAN berkepentingan untuk menjaga keamanan investasinya dengan memastikan stabilitas politik melalui dorongan pada pertumbuhan ekonomi di ASEAN yang berdampak pada ekonomi global.

Adapun Gatot menyebutkan kedekatan hubungan AS-ASEAN sudah berlangsung sejak lama, terutama dalam kerja sama ekonomi dan keamanan. Maka, penting bagi Indonesia sebagai tuan rumah ASEAN untuk cepat memberikan respon terkait dinamika di Laut Tiongkok Selatan yang sekarang bereskalasi.

"Dengan langkah-langkah strategis, untuk menghindari semakin memanasnya kawasan Laut China Selatan di tengah krisis ekonomi global, dan pandemi COVID -19 yang menimpa seluruh dunia," ucap Gatot Nurmantyo. (*)