Bangkok, Bolong.id - Pertemuan Pemimpin Ekonomi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) ke-29 digelar di Bangkok, Thailand, Jumat dan Sabtu (18 dan 19/11/2022) bertema "Buka, Hubungkan, Keseimbangan."
Dilansir dari Xinhuanet (17/11/2022) KTT APEC digelar saat dunia dilanda krisis ekonomi sekarang. Naiknya harga pangan, ketegangan geopolitik, perubahan iklim yang meluas dan pandemi Corona.
Pengamat mengatakan ekonomi APEC harus meningkatkan upaya menuju integrasi ekonomi lebih lanjut, termasuk menurunkan hambatan perdagangan dan investasi.
KERJASAMA TERBUKA MELAWAN ANGIN SAUDARA
Dalam Laporan Prospek Ekonomi Regional untuk Asia dan Pasifik terbaru, ternational Monetary Fund (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk kawasan Asia-Pasifik menjadi 4 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, masing-masing sebesar 0,9 dan 0,8 poin persentase, dari prakiraan bulan April.
Meskipun terjadi penurunan pertumbuhan, Asia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang semakin meredup, kata Krishna Srinivasan, direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF.
Rumah bagi 2,9 miliar orang, atau hampir 40 persen dari populasi dunia, 21 ekonomi APEC menyumbang sekitar setengah dari perdagangan global dan lebih dari 60 persen dari total produk domestik bruto (PDB) dunia.
"Jika 21 ekonomi terhubung satu sama lain dan bekerja sama, itu akan melepaskan kekuatan besar," kata Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Kriengkrai Thiennukul kepada Xinhua.
Kawasan ini melahirkan Regional Comprehensive Economic Partnership(RCEP), kesepakatan perdagangan bebas terbesar di dunia yang mulai berlaku pada 1 Januari tahun ini, memberikan keuntungan nyata bagi Asia-Pasifik dan rakyatnya dengan memotong tarif dan menghilangkan hambatan non-tarif.
Menurut sebuah laporan yang dirilis di RCEP Media & Think Tank Forum pada Mei tahun lalu, RCEP yang beranggotakan 15 negara diharapkan dapat membantu anggotanya meningkatkan ekspor, saham investasi asing, dan PDB masing-masing sebesar 10,4 persen, 2,6 persen, dan 1,8 persen pada tahun 2025.
Perkiraan lain oleh Peterson Institute for International Economics (PIIE) menyarankan hal itu dapat menambah 186 miliar dolar AS pendapatan nasional setiap tahun pada tahun 2030. (*)
Advertisement