Jakarta, Bolong.id - Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, prospek kerjasama perdagangan Indonesia-Tiongkok, optimistis.
Itu dikatakan di acara "Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang didanai Tiongkok Indonesia" di Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Dilansir dari Medcom .id (28/10/2022) Luhut mengatakan, “Kita sekarang melihat bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang dapat mempertahankan status ekonomi saat ini. Hal ini tidak terlepas dari kerjasama antara Indonesia dan Tiongkok.”
Perkembangan hubungan perdagangan antara keduanya negara dimulai di Tiongkok Inisiatif Belt and Road yang diusulkan Presiden Tiongkok, Xi Jinping selama pemerintahannya. Indonesia telah menjalin hubungan yang erat dengan poros maritim strategis dunia.
Luhut mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di beberapa bidang utama, kerja sama kedua negara terus berkembang, yang keduanya saling menguntungkan.
Tiongkok memberikan teknologi terbaik yang dimilikinya, bahkan alih teknologi, yang membantu Indonesia mendirikan politeknik di berbagai industri untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di beberapa daerah tertinggal, khususnya Indonesia bagian timur.
Perdagangan Indonesia dengan Tiongkok juga meningkat signifikan, menurut Luhut. Volume perdagangan kedua negara mencapai $17 miliar (264.568 miliar IDR) pada 2019, dan defisit perdagangan dengan Beijing pada 2021 hanya $2,5 miliar.
Luhut memperkirakan defisit perdagangan tahun ini hanya US$500 juta atau kurang. Selain itu, Presiden Jokowi juga berharap hubungan perdagangan Indonesia-Tiongkok tetap optimis dan mencapai surplus perdagangan dengan Tiongkok.
Luhut juga menyampaikan apresiasinya atas dukungan perusahaan Tiongkok terhadap hilirisasi investasi dan transfer teknologi di Indonesia.
Dikatakannya, “Dulu kita mengandalkan komoditas curah, dan masyarakat lupa bahwa pengaruh hilir itu luas. Freeport tidak pernah melakukan hilirisasi selama 50 tahun, dan perusahaan Tiongkok sudah masuk dengan hilirisasi untuk mencapai transfer teknologi.
Meski begitu, dia mengakui bahwa dalam lima tahun pertama investasi Tiongkok, banyak tenaga ahli dan pekerja Tiongkok datang ke Indonesia, dan kami telah dikritik dalam masalah ini, karena Indonesia tidak memiliki ahli yang memenuhi syarat untuk mengoperasikan pabrik atau mesin investasi Tiongkok.
Luhut yang juga koordinator kerja sama Indonesia-Tiongkok mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, semakin banyak anak-anak dari negara-negara yang bekerja di perusahaan Tiongkok. Ia juga mengaku tidak pernah menyangka Tiongkok akan memiliki teknologi yang bagus, efisiensi tinggi dan semangat yang luar biasa. Ia mengatakan, “Yang terpenting mereka (Tiongkok) mau berbagi teknologi dan mengajar anak-anak negara.”
Dapat dipahami bahwa Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang juga menghadiri konferensi “Indonesia Chinese-funded Corporate Social Responsibility Report” dan menyampaikan pidato.(*)
Advertisement