Lama Baca 2 Menit

Tiongkok Kembangkan Kereta Levitasi Magnetik 600 Km/Jam

07 August 2020, 15:50 WIB

Tiongkok Kembangkan Kereta Levitasi Magnetik 600 Km/Jam-Image-1

Kereta Teknologi Levitasi Magnetik 600KM/Jam - Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

Tiongkok, Bolong.id – Dilansir dari Tencent News, Kamis (6/8/20), Kementerian Transportasi Tiongkok (中国交通运输部) melakukan eksperimen “Pendapat Pemandu” terkait pengembangan kereta maglev berkecepatan 600 kilometer per jam . Namun isi dari eksperimen tersebut menimbulkan kekhawatiran.

Sebenarnya apa konsep kereta maglev 600km / jam? Setelah Tiongkok memiliki kereta rel kecepatan tinggi, mengapa Tiongkok harus mengembangkan kereta maglev berkecepatan tinggi yang lebih cepat?

Ding Sansan (丁叁叁), penanggung jawab proyek maglev berkecepatan tinggi dan wakil kepala teknisi CRRC Sifang Co., Ltd., mengatakan bahwa berdasarkan waktu tempuh aktual, maglev berkecepatan tinggi merupakan moda transportasi tercepat dalam jarak 1.500 kilometer.

Misalnya, perjalanan dari Beijing ke Shanghai. Waktu tempuh 4,5 jam dengan persawat, 5,5 jam dengan kereta rel kecepatan tinggi. Sedangkan dengan levitasi magnetik berkecepatan tinggi hanya 3,5 jam saja.

Menurut laporan, prototipe uji maglev berkecepatan tinggi 600 km / jam berhasil diuji pada jalur uji maglev pada Juni lalu. Hal ini menandai terobosan penting dalam penelitian dan pengembangan sistem transportasi maglev berkecepatan tinggi Tiongkok. 

Menurut rencana, prototipe rekayasa levitasi magnetik berkecepatan tinggi 600 kilometer per jam diharapkan bisa diluncurkan dari jalur perakitan pada akhir 2020. Peluncuran ini akan membentuk satu set lengkap teknologi levitasi magnetik berkecepatan tinggi dan kemampuan rekayasa. 

Namun, banyak ahli transport kereta api Tiongkok mengatakan, penelitian dan pengembangan proyek maglev berkecepatan tinggi saat ini lebih banyak memerlukan cadangan teknis.  Mereka mempertimbangkan berbagai faktor seperti biaya, kapasitas, pasar, signifikansi ekonomi, dll., Menurut mereka, mungkin harus ada tahapan-tahapan lain sebelum benar-benar diubah menjadi kendaraan transportasi umum. (*)