Lama Baca 11 Menit

Corona di Tiongkok Telah Usai, Indonesia Baru Mulai

19 March 2020, 13:55 WIB

Corona di Tiongkok Telah Usai, Indonesia Baru Mulai-Image-1

Pusat Kota Wuhan, China - Image from republika.co.id

Hari ini, Tiongkok umumkan nol kasus transmisi lokal, namun ada lonjakan kasus imported case sebanyak 34 kasus.

Tiongkok telah memenangkan peperangan dengan corona virus. Namun hal tersebut tidak sama dengan beberapa negara yang kini tengah porak poranda akibat diserang virus corona. Salah satunya Indonesia, yang kini tengah mengalami kekalutan pasca ada pasien covid-19 dari negaranya. Ditambah lagi adanya lonjakan yang signifikan di beberapa hari terakhir.

Perkembangan Kasus Corona di Tiongkok

Tiongkok melaporkan kasus Covid-19 untuk pertama kalinya pada 31 Desember 2019. Kemudian berangsur meningkat terus hingga Bulan Februari.

Ketika di awal Tiongkok mencari asal muasal kasus covid-19 tersebut, ada beberapa fakta yang mengarah pada Pasar Makanan Laut Cina Selatan di Wuhan. Kemudian Tiongkok memutuskan untuk menutup pasar Wuhan tersebut pada 1 Januari 2020.

Kemudian, pada 23 Januari, Wuhan diduga kuat sebagai pusat penyebaran penyakit ini, sehingga pemerintah Tiongkok memutuskan untuk mengisolasi kota Wuhan.

Hal ini menyusul kegiatan karantina lanjutan di kota-kota yang berdekatan dengan Tiongkok, seperti halnya Huanggang dan Ezhou.

Pada bulan Januari ini, kasus Covid-19 di Tiongkok meningkat tajam, bahkan dalam satu hari bisa melonjak hingga 2700 kasus positif.

Tiongkok mengklaim masa puncak dari wabah virus corona telah berakhir tepat sehari setelah Organisasi Kesehatan Dunia memperbarui status Covid-19 sebagai pandemi.

Lalu pada awal bulan Maret, kasus positif Covid-19 mulai mengalami penurunan. Namun di sejumlah negara yang baru mengumumkan kasus positif Covid untuk pertama kalinya, mulai terjadi peningkatan yang signifikan.

Penurunan ini terjadi karena Pemerintah Tiongkok mengambil langkah-langkah yang drastis dan signifikan sehingga bisa menekan angka penularan Covid-19 sampai pada titik terendah.

Hingga saat ini, per 19 Maret 2020, diketahui virus corona telah menginfeksi hingga 80.907 orang, dengan 70.420 yang berhasil sembuh serta 3.245 yang tewas akibat wabah ini.

Dengan jumlah kasus yang berhasil disembuhkan oleh Tiongkok menjadi salah satu indikasi keberhasilan Tiongkok dalam melawan virus corona ini. 

Perkembangan Kasus Corona di Indonesia

Tepat saat Tiongkok mulai mengalami penurunan jumlah Covid-19, Indonesia justru mengumumkan kasus Covid-19 pertamanya. Diawali dengan adanya 2 kasus positif, ibu dan anak.

Kemudian disusul dengan bertambah menjadi 4, 6, hingga yang terbaru dinyatakan oleh juru bicara pemerintah dalam penanganan covid-19, sebanyak 227 kasus, dengan kematian sebanyak 19 dan yang sembuh sebanyak 11 orang.

Rasio kematian ini menduduki peringkat kelima tertinggi di seluruh dunia, per 19 Maret 2020. Hal ini mengindikasikan adanya kekurangan dalam sistem penanganan covid-19, hingga kecolongan sampai 19 nyawa.

Oleh sebab itu, rakyat, dokter dan beberapa pihak terkait mendesak Indonesia agar segera mengambil langkah konkret yang efektif untuk menangani wabah covid-19 yang kini sudah jadi pandemi.

Prinsip-prinsip Tiongkok dalam Mengatasi Corona 

Tiongkok Daily mengatakan kebijakan yang diambil Korea Selatan, Singapura, dan Jepang dalam menangani virus Covid-19 berpijak pada pengalaman dan pelajaran yang diambil dari keberhasilan Tiongkok memerangi virus tersebut.

Dan saat ini Tiongkok secara proaktif membagikan pengalaman terbaik mereka kepada negara-negara terdampak Covid-19.

Namun, tidak semua negara memperhatikan dan mnecontoh gerak Tiongkok, sehingga meningkatkan kemungkinan pandemi akan semakin parah melanda negara tersebut.

"Kendati keadaan benar-benar serius, beberapa negara berupaya meremehkan risiko, dan langkah-langkah yang mereka ambil tidak cukup untuk mengendalikan wabah di dalam negeri, juga tidak cukup untuk mencegah diri mereka sendiri menjadi sumber penularan virus ke negara lain," katanya.

Menurut Tiongkok Daily, keadaan yang memburuk secara drastis di beberapa negara menunjukkan pentingnya melakukan langkah-langkah terarah untuk meningkatkan proses karantina serta perawatan.

Langkah-langkah yang diambil juga harus dapat memperkuat komunikasi serta kerja sama pihak-pihak terkait untuk mengkoordinasikan upaya pencegahan yang lebih baik.

1. Melakukan lockdown total

Salah satu langkah signifikan yang dilakukan Tiongkok adalah lockdown total di Wuhan. Penutupan akses keluar masuk kota pada setiap penduduk dilakukan pada 23 Januari 2020.

Semua warga dirahakan untuk tetap berdiam diri di dalam rumah. Sehingga otomatis kegiatan sekolah, bekerja, serta rutinitas keseharian warga terhenti total. 

Warga hanya diperbolehkan keluar untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari yang mendesak. Itupun diarahkan agar tidak terlalu sering. Hal ini membuat aktivitas kota yang dihuni 11 juta penduduk itu langsung terhenti.

Semua transportasi publik tidak beroperasi. Hanya kendaraan pribadi dengan ijin khusus yang diperbolehkan melintas jalan raya.

Langkah lockdown ini tidak hanya dilakukan oleh Wuhan, namun diikuti pula di 15 kota lain di Provinsi Hubei Tiongkok yang berakibat terhentinya aktivitas 60 juta warga di kota-kota tersebut.

2. Kesehatan jadi Prioritas Nasional

Tiongkok terbukti menganut prinsip bahwa kesehatan menjadi prioritas nasional. Salah satu buktinya adalah dengan langkah Tiongkok mengalokasikan kembali dalam jumlah besar kekuatan mereka dalam sistem kesehatan nasional untuk mengatasi virus corona yang menjadi kejadian luar biasa.

Laporan menyebutkan ada lebih dari 20 ribu tenaga medis Tiongkok dari berbagai kota dikerahkan untuk terbang ke Wuhan dan berbagai wilayah lain di Provinsi Hubei yang terserang wabah virus Corona.

Selain itu, pemerintah juga membangun pusat-pusat kesehatan untuk menampung pasien Corona. Bahkan disebutkan Tiongkok membangun rumah sakit yang bisa menampung 1000 pasien hanya dalam waktu 10 hari.

Rumah sakit itu bernama Huoshenshan yang mulai dibangun pada 23 Januari lalu. Rumah sakit itu mulai menerima pasien yang terjangkit virus Corona pada 3 Februari di Wuhan, Provinsi Hubei.

Keputusan tersebut sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagi Tiongkok, pasalnya pembangunan rumah sakit sudah pernah dilakukan dulu saat Tiongkokmenangani wabah SARS.

Jadi konsep rumah sakit diambil dengan menjiplak rumah sakit SARS yang dibangun di Beijing pada 2003. Dalam waktu 78 menit, desain dari rumah sakit 17 tahun lalu tersebut diciptakan. Desain itu kemudian diserahkan ke Wuhan.

Di Wuhan desain tersebut diperbaharui dan difinalisasi dengan menggambar konstruksi bangunan dalam waktu sekitar 60 jam. Lebih dari 260 pekerja dikerahkan untuk mengerjakan itu sepanjang waktu.

Selain itu, Tiongkok juga menjamin fasilitas kesehatan yang diterima warga selama masa lockdown. Salah satu yang canggih dan efisien adalah resep bisa diproses secara online melalui aplikasi we-chat tanpa tatap muka. Begitu pula dengan pengiriman obat yang dilakukan juga secara online.

3. Tes Gratis Covid-19

Untuk mendukung langkah-langkah lainnya, pemerintah Tiongkok menyediakan tes gratis secara massal bagi warganya. Tes ini betul-betul tak berbayar meski pada akhirnya diketahui orang yang datang ternyata negatif dari infeksi virus corona.

Tes gratis ini sangat efektif untuk melakukan karantina terhadap orang-orang yang diketahui positif corona. Sebab tanpa melakukan tes, bisa jadi penularan semakin menyebar dikarenakan setiap orang yang telah terinfeksi tidak sadar dan tidak diisolasi. Apalagi jika banyak berkontak dengan orang lain.

4. Kecepatan adalah Segalanya

Menurut Dr Bruce Aylward yang juga penasihat senior Dijen WHO, satu pelajaran penting dari Tiongkok adalah kecepatan. "Kecepatan adalah segalanya," kata Bruce Aylward.

Semua langkah-langkah di atas mulai dari penerapan lockdown, pemberian fasilitas kesehatan, membangun rumah sakit khusus Covid-19, pelaksanaan tes covid-19 dilakukan dengan cepat. Sehingga meminimalisir potensi penularan semakin banyak.

"Karena setiap hari kita berhenti untuk berpikir tentang penyakit ini dan bagaimana memutuskan. Apakah harus dilakukan atau tidak, virus ini akan mengambil kesempatan (menyebar) dan hampir menggandakan jumlah kasus yang terjadi," ujar Bruce Aylward.

Langkah-langkah yang Telah Diterapkan di Indonesia

Begitulah prinsip-prinsip yang dilakukan oleh Tiongkok, lantas bagaimana dengan Indonesia? Apakah sudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut?

Saat ini secara masif, Indonesia memberikan edukasi kepada masyarakat. 

Salah satunya adalah dengan gencar memberikan informasi terkait virus corona serta berbagai alternatif pencegahannya seperti cuci tangan, social distancing, dan menjaga kesehatan.

Selain itu di beberapa lokasi keramaian juga disediakan hand sanitizer untuk umum, yang bisa digunakan untuk mengantisipasi penularan melalui droplet yang menempel di tangan.

Namun meskipun sempat di desak masyarakat untuk mengambil langkah konkret seperti halnya lockdown wilayah. Pemerintah menyampaikan belum terpikir ke arah sana. Dan saat ini sedang mengupayakan langkah lainnya.

Saat ini, yang santer dibicarakan adalah upaya tes Covid-19 secara massal. Keputusan tersebut disampaikan presiden kala memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan laporan tim Gugus Tugas Covid-19 melalu video conference di Istana Merdeka.

“Segera lakukan rapid test (tes cepat) dengan cakupan yang lebih besar agar deteksi dini kemungkinan indikasi awal seorang terpapar COVID-19 bisa kita lakukan. Saya minta alat rapid test terus diperbanyak, juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan rumah sakit, baik pemerintah, milik BUMN, Pemda, rumah sakit milik TNI dan Polri, dan swasta, dan lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan,” kata Presiden.

Presiden juga meminta jajarannya untuk menyiapkan protokol pengujian yang alurnya jelas, sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. Ia menegaskan protokol itu juga memuat prosedur pasien yang positif itu harus diisolasi secara mandiri atau memerlukan layanan rumah sakit.⁣

Selain itu, presiden juga memerintahkan agar disiapkan rumah sakit darurat dengan memanfaatkan fasilitas non-medis seperti Wisma Atlet di Kemayoran atau hotel-hotel milik BUMN.