Lama Baca 3 Menit

Ketika AS Tutup Pintu Untuk Pelajar Tiongkok, Negara Lain Justru Membuka Pintu Lebar-lebar

03 June 2020, 22:58 WIB

Ketika AS Tutup Pintu Untuk Pelajar Tiongkok, Negara Lain Justru Membuka Pintu Lebar-lebar-Image-1

Pelajar Tiongkok - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami.

London, Bolong.id - Larangan Amerika Serikat terhadap pelajar dan peneliti Tiongkok mulai berlaku pada hari Senin (01/06/2020), ribuan pelajar Tiongkok di AS akan mengalami gangguan pada studi mereka karena visa mereka yang harus berakhir. Larangan itu diumumkan pada hari Jumat lalu oleh Presiden AS Donald Trump, dan menurut pernyataan yang kemudian diterbitkan oleh White House atau Gedung Putih, keputusan itu akan memengaruhi secara langsung mahasiswa dan peneliti dari berbagai lembaga dan universitas. 

Menurut New York Times, larangan tersebut dapat memengaruhi sekitar 3.000 hingga 5.000 orang pelajar di sana. Namun, ketika AS menutup pintu terhadap pelajar Tiongkok, negara-negara lain dapat membuka tangan mereka, terutama negara-negara berbahasa Inggris seperti Inggris, Australia, Kanada dan Selandia Baru, kata Anne Marie Graham, kepala eksekutif Dewan Inggris untuk Urusan Mahasiswa Internasional. 

"Ini merupakan gerakan yang tidak tepat, karena pada saat ini, begitu banyak pelajar Tiongkok atau siswa global lainnya yang sedang menimbang keputusan tentang di mana mereka harus belajar di tahun depan nanti," kata Graham, menyatakan bahwa hal ini bisa menjadi pukulan signifikan terhadap tingkat rekrutmen universitas di AS. Graham mengatakan bahwa pelajar Tiongkok memenuhi kuota sekitar 30 persen dari total populasi siswa internasional di Inggris, dan dia percaya bahwa universitas Inggris malah dapat mengambil manfaat dari larangan AS, karena lebih banyak nantinya pelajar Tiongkok yang memilih Inggris sebagai tujuan mereka untuk melanjutkan studi. 

Graham mengatakan bahwa jumlah siswa internasional itu sekitar 20 persen dari jumlah siswa Inggris secara keseluruhan, dan mereka berkontribusi banyak terhadap biaya pendidikan di Inggris. Namun, bukan itu saja hal yang terpenting. "Mereka berkontribusi pada budaya akademik secara keseluruhan di kampus untuk semua mahasiswa," kata Graham. Dia menambahkan, bahwa ketika pemerintah Inggris melonggarkan social-distancing pada masyarakat, masyarakat dapat segera mengharapkan kembalinya diadakan lingkungan yang aman untuk bekerja dan belajar.