Pengiriman Ekspor Indonesia 23 Triliun, China Jadi Negara Tujuan - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Jakarta, Bolong.id - Pemerintah Indonesia merilis, ekspor pada 2020 senilai USD1,64 miliar (setara Rp23,2 Triliun) oleh 133 pelaku usaha adalah melambat akibat krisis COVID-19. 79 usaha besar menyumbang mayoritas ekspor, 54 usaha kecil dan menengah (UKM) telah menyumbang USD12,3 juta atau setara dengan Rp174 miliar.
“Salah satu kunci untuk meningkatkan perekonomian nasional adalah dengan meningkatkan ekspor yang tidak hanya membantu dunia usaha untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga menghasilkan cadangan devisa guna mengurangi defisit transaksi berjalan kita,” kata Presiden Joko Widodo pada konferensi pers virtual 4 Desember.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan pada hari Senin (7/12/2020) bahwa cadangan devisa Indonesia mengalami stagnasi pada November dengan total USD133,6 miliar setelah pembukuan senilai USD2133,7 miliar pada bulan Oktober, didukung oleh penarikan utang luar negeri pemerintah serta pajak dan pendapatan valas dari minyak dan gas, dilansir dari thejakartapost.com, Selasa (8/12/2020).
Negara ini mencatat surplus neraca berjalan pertama sejak 2011 sebesar USD1 miliar pada kuartal ketiga, ketika impor turun lebih cepat daripada ekspor karena permintaan domestik yang lemah di tengah krisis kesehatan, data BI November menunjukkan.
Sementara itu, ekspor Indonesia turun 3,29 persen dari tahun-ke-tahun di bulan Oktober menjadi USD14,39 miliar, meskipun angka tersebut mewakili peningkatan bulan-ke-bulan sebesar 3,09 persen dari September, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Di sisi lain, impor turun lebih tajam sebesar 26,9 persen menjadi USD10,78 miliar.
“Tapi kita belum bisa langsung puas dengan pencapaian ini, karena masih banyak potensi pasar ekspor yang belum kita manfaatkan,” kata Presiden.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan perdagangan global akan menyusut antara 13 persen hingga 32 persen tahun ini sebagai dampak pandemi COVID-19. Perlambatan global selama pandemi "telah menyebabkan penurunan pasar ekspor", terang Jokowi. Ia juga menambahkan, “Tapi kita harus melihat lebih jelas lagi peluang pasar ekspor yang masih terbuka lebar di negara-negara yang juga sedang melawan pandemi saat ini.”
Indonesia juga telah mengejar ikatan ekonomi yang lebih kuat untuk memacu perdagangan dengan mitra non-tradisional, termasuk negara-negara Amerika Latin dan Timur Tengah.
Ketua Gabungan Pengekspor Indonesia Benny Soetrisno mengatakan, meskipun ekspor diperkirakan akan pulih tahun depan, eksportir saat ini menghadapi penundaan karena masalah angkutan laut dan ketersediaan peti kemas. Dia menambahkan bahwa rebound ekspor 2021 tidak diharapkan untuk menyamai tingkat pra-pandemi karena pemulihan sektor tersebut akan bergantung pada mitigasi dan pengendalian COVID-19 di negara tujuan.
“Saya pikir itu akan memakan waktu. Penyesuaian mungkin memakan waktu hingga satu tahun sampai ekspor dan impor kembali normal,” terang Benny.
Fitch Solutions memperkirakan kontraksi 3 persen dari tahun-ke-tahun dalam ekspor barang-barang Indonesia tahun ini, tetapi pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 10 persen pada tahun 2021. Konsultan itu memperkirakan bahwa impor barang akan mengalami kontraksi yang lebih dalam sebesar 14 persen tahun ini dan pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 11,5 persen pada 2021.
“Kami percaya bahwa ekspor akan terus mendapatkan keuntungan dari pemulihan berbentuk V yang telah dialami oleh ekonomi Tiongkok. Tiongkok tetap menjadi mitra dagang terbesar Indonesia,” tulis laporan Fitch Solutions yang dirilis pada 30 November 2020. Indonesia telah diketahui telah mengimpor berbagai komoditi ke Tiongkok, seperti ekspor tokek pada akhir November seberat 2,9 ton, dan sarang burung walet senilai
Sementara, data BPS menunjukkan bahwa ekspor turun 5,58 persen tahun-ke-tahun menjadi USD131,54 miliar dalam 10 bulan pertama tahun ini, dan impor turun 19,07 persen menjadi USD114,47 miliar.
Advertisement