Lama Baca 3 Menit

Alasan Risiko Keamanan, AS Batalkan Visa Seribu Warga Tiongkok

11 September 2020, 05:08 WIB

Alasan Risiko Keamanan, AS Batalkan Visa Seribu Warga Tiongkok-Image-1

AS Batalkan Visa Seribu Warga Tiongkok - gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Washington, Bolong.id - Amerika Serikat (AS) telah mencabut visa untuk lebih dari seribu warga negara Tiongkok di bawah keputusan presiden yang menolak masuknya siswa dan peneliti yang dianggap memiliki risiko keamanan. Keputusan tersebut diungkapkan Departemen Luar Negeri AS pada hari Rabu (9/9/2020), langkah yang disebut Tiongkok sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

Penjabat kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Chad Wolf, mengatakan sebelumnya bahwa Washington pemblokiran visa untuk mahasiswa pascasarjana dan peneliti Tiongkok tertentu yang terkait dengan strategi fusi militer Tiongkok dilakukan demi mencegah mereka mencuri penelitian atau melakukan penelitian sensitif, dilansir dari laman Reuters, Kamis (10/9/2020).

Dalam pidatonya, Wolf menekankan tuduhan AS atas praktik bisnis yang tidak adil dan spionase industri oleh Tiongkok, termasuk upaya untuk mencuri penelitian COVID-19, dan menuduh Tiongkok menyalahgunakan visa pelajar untuk mengeksploitasi akademisi Amerika.

Wolf mengatakan, “Amerika Serikat juga mencegah barang-barang yang diproduksi dari tenaga kerja paksa memasuki pasar kami, menuntut agar Tiongkok menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia,” sebuah referensi yang jelas terhadap tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang barat.

Pihak Departemen Luar Negeri AS mengatakan tindakan pembatalan visa tersebut menyusul Proklamasi 29 Mei oleh Presiden Donald Trump sebagai bagian dari tanggapan AS terhadap pembatasan demokrasi Tiongkok di Hong Kong.

“Mulai 8 September 2020, departemen telah mencabut lebih dari seribu visa warga negara RRT yang dikenai Proklamasi Presiden 10043 sehingga tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan visa,” ungkap pihak Departemen Luar Negeri AS.

Mahasiswa pascasarjana dan peneliti berisiko tinggi yang tidak memenuhi syarat adalah sebagian kecil dari orang Tiongkok yang datang ke Amerika Serikat untuk belajar dan melakukan penelitian, sementara siswa dan cendekiawan yang sah akan terus disambut.

Sekitar 360.000 warga negara Tiongkok belajar di Amerika Serikat, membawa pendapatan yang signifikan bagi perguruan tinggi di sana, meskipun pandemi COVID-19 telah sangat mengganggu kembalinya pelajar ke kampus pada semester musim gugur ini.

Di Beijing pada hari Kamis (10/9/2020), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian (赵立坚), menggambarkan langkah AS tersebut sebagai penganiayaan politik secara terang-terangan dan diskriminasi rasial yang secara serius melanggar hak asasi manusia.

"Tiongkok berhak untuk membuat tanggapan lebih lanjut tentang masalah ini," kata Zhao Lijian (赵立坚) dalam jumpa pers harian. (*)