Lama Baca 3 Menit

Peneliti Tiongkok : Zona Iklim Penyebaran Covid-19 Rerata Terjadi pada Suhu 5-15 Derajat Celcius

28 May 2020, 10:58 WIB

Peneliti Tiongkok : Zona Iklim Penyebaran Covid-19 Rerata Terjadi pada Suhu 5-15 Derajat Celcius-Image-1

Peniliti Tiongkok Pelajari Hubungan Iklim dengan COVID-19 - Image from : gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Beijing, Bolong.id -  Dalam studi terbaru yang diterbitkan oleh peneliti Tiongkok dari Universitas Lanzhou ( 兰州大学 ) dan dituangkan melalui Journal of Comprehensive Environmental Science, menemukan fakta, bahwa 60% kasus COVID-19 yang dikonfirmasi terjadi di tempat dengan suhu udara antara 5 °C hingga 15 °C (derajat celcius) dan 73,8% kasus terpusat pada area dengan kelembaban absolut 3 hingga 10 per meter kubik.

Seperti dilansir dari laman portal cgtn.com, melalui jurnal ilmiah ini, para peneliti berharap dapat memahami sejauh mana parameter lingkungan hidup virus COVID-19 dan pola penyebarannya secara global. Untuk itu mereka telah mempelajari bagaimana efek suhu sekitar lingkungan pada penyebaran global COVID-19 berdasarkan data dari 3,75 juta kasus COVID-19 di 185 negara dan wilayah yang diperoleh antara periode 21 Januari hingga 6 Mei 2020.

Yang menarik, dalam temuan tersebut juga menunjukkan bahwa virus COVID-19 tampaknya turut menyebar ke arah lintang yang lebih tinggi dan zona iklim optimal, dimana konsentrasi penyebaran virus COVID-19 di lingkungan sekitar meningkat secara signifikan, termasuk pada permukaan objek atau benda. Mereka juga memperingatkan bahwa pada musim gugur 2020 mendatang, kemungkinan virus COVID-19 masih menyebar luas dan dapat merebak lagi di kota-kota besar yang berada di pertengahan garis lintang.

Indonesia yang memiliki rata-rata suhu udara maksimum sekitar 35-37 derajat Celcius tetap harus waspada karena terbukti penyebaran wabah COVID-19 tidak hanya dipengaruhi oleh faktor iklim saja. Saat ini, para peneliti masih terus melakukan penyelidikan mengenai beberapa faktor alami yang mempengaruhi pandemi. “Kita tidak bisa mengandalkan asumsi bahwa pandemi COVID-19 akan berhenti ketika suhu naik,” ungkap Huang Zhongwei (黄忠伟 ), selaku penulis utama dalam penelitian ini.

Penulis: Dwi Nur C
Sumber: cgtn.com