Lama Baca 4 Menit

Simak Yuk, Kebiasaan Warga Tiongkok Saat Rayakan Festival Peh Cun!

26 June 2020, 20:01 WIB

Simak Yuk, Kebiasaan Warga Tiongkok Saat Rayakan Festival Peh Cun!-Image-1

Perahu Naga - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami

Jakarta, Bolong.id - Festival Perahu Naga, atau yang dikenal sebagai Festival Duanwu (端午节), adalah perayaan tradisional dan penting di Tiongkok yang telah dirayakan selama lebih dari 2.000 tahun silam di Tiongkok, dan juga kerap dirayakan di banyak negara lainnya, termasuk Indonesia. Festival Perahu Naga tahun ini jatuh pada hari Kamis (25/6/20) mendatang. Untuk memperingati festival ini, warga Tiongkok akan libur dari hari Kamis (25/6/20), hingga Sabtu (27/6/20), dan akan kembali bekerja pada hari Minggu (28/6/20). Rekan Bolong penasaran kan, bagaimana warga Tiongkok merayakan festival ini? Simak ulasan berikut ini, ya!

1. Makan Beras Ketan Zongzi (粽子): Makanan yang dikenal dengan sebutan ‘bakcang’ ini adalah makanan Festival Perahu Naga yang paling terkenal. Zongzi adalah makanan yang terbuat dari beras ketan, yang diisi dengan daging, kacang, dan isian lainnya. Makanan ini ada hubungannya dengan peringatan kematian Qu Yuan (屈原), seorang penyair yang menenggelamkan dirinya sendiri. Legenda mengatakan, zongzi dilemparkan ke sungai untuk menghentikan ikan memakan tubuh Qu Yuan yang tenggelam. Zongzi dibungkus dalam kemasan berbentuk segitiga, atau persegi panjang, di bambu atau daun buluh, dan diikat dengan batang basah atau tali sutra berwarna-warni.

2. Minum Realgar (雄黃酒) : Minuman beralkohol Tiongkok ini terdiri dari beras yang difermentasi dan dicampur dengan bubuk realgar. Pada zaman kuno, orang-orang percaya bahwa realgar adalah penangkal bagi semua racun, dan efektif untuk membunuh serangga sekaligus bisa mengusir roh jahat. Jadi semua orang akan minum minuman itu selama Festival Duanwu.

3. Memakai Kantung Parfum: Sebelum Festival Perahu Naga tiba, orang tua biasanya akan menyiapkan kantong parfum untuk anak-anak mereka. Mereka menjahit tas-tas kecil dengan kain sutra berwarna-warni dan mengisi kantong-kantong itu dengan wewangian atau obat-obatan herbal, kemudian mengikatnya dengan benang sutra. Selama Festival Perahu Naga, kantong-kantong parfum akan digantungkan di leher anak-anak atau diikatkan pada bagian depan pakaian mereka sebagai ornamen, sekaligus melindungi mereka dari kejahatan.

4. Menggantung daun Mugwort dan Calamus Tiongkok: Daun Mugwort digunakan sebagai obat di Tiongkok saat banyaknya penyakit di musim panas. Aroma mereka sangat wangi, dan mampu mengusir lalat dan nyamuk. Calamus merupakan tanaman akuatik yang memiliki efek serupa. Pada hari kelima di bulan kelima, orang biasanya membersihkan rumah mereka, halaman, dan menggantung daun mugwort dan calamus di ambang pintu untuk mencegah penyakit. Konon katanya, menggantung daun mugwort dan calamus dapat membawa keberuntungan bagi keluarga.

Festival Peh Cun tentu dirayakan di Indonesia juga, di Tangerang misalnya. Perayaan Peh Cun di Tangerang sangat meriah karena ada kompetisi dayung perahu naga di Sungai Cisadane dan perayaan tarian tradisional di klenteng Boen Tek Bio. Selain itu, di Kepulauan Riau, tradisi yang menonjol dalam festival Peh Cun adalah tradisi sembahyang laut.

Tak hanya di Tangerang dan Riau, di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, warga keturunan Tionghoa di situ melakukan ritual pembersihan diri dengan mandi bersama di sungai. Sedangkan di Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, maupun di Pantai Pasir Kencana, Pekalongan, Jawa Tengah, merayakan festival ini diwakilkan oleh sekumpulan penari memainkan liong di depan perahu naga yang terbakar.