Bazaar, Masalah Mode Tiongkok - Image from Gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id – Permintaan maaf majalah Bazaar (时尚芭莎), gagal memadamkan kemarahan netizen Tiongkok pada Selasa (7/7/2020). Pasalnya, majalah mode tersebut dalam sebuah unggahan di media sosial telah menggunakan istilah yang merendahkan bertepatan dengan hari peringatan insiden Jembatan Lugou yang menandai dimulainya perang perlawanan nasional melawan Agresi Jepang (1931-1945).
Dalam sebuah unggahan yang mengeluhkan perlunya kode kesehatan digital di tempat-tempat umum di tengah pendemi COVID-19, majalah tersebut melalui akun media sosial Weibo menulis dengan menggunakan istilah liangmin zheng (良民证) yang diterjemahkan sebagai sertifikat orang baik. Istilah tersebut merujuk pada dokumen identifikasi yang diberikan kepada rakyat Tiongkok oleh rezim Jepang selama masa Perang Dunia II. Postingan tersebut sontak membuat netizen Tiongkok marah dan membanjirinya dengan kritikan.
Melansir Global Times, akun resmi majalah tersebut telah mengeluarkan pernyataan minta maaf sebanyak tiga kali dalam waktu lima jam atas penggunaan istilah yang menimbulkan kemarahan besar netizen, sebelum akhirnya postingan asli dihapus. Tagar untuk permintaan maaf itu pun melampaui tren Weibo dan menghasilkan 350 juta tampilan dalam beberapa jam pada Selasa sore (7/7/2020).
Namun banyak pengguna Weibo mengatakan, permintaan maaf itu tidak dapat diterima. Banyak pula yang berkomentar mempertanyakan mengapa pihak majalah berani menggunakan istilah tersebut yang digunakan untuk mendiskriminasi orang-orang Tiongkok, pada hari ulang tahun ke-83 insiden Jembatan Lugou. Insiden tersebut merupakan sejarah pahit yang menelan korban jutaan jiwa rakyat Tiongkok.
Netizen juga menilai bahwa permintaan maaf tersebut dibuat hanya untuk menanggapi tekanan dari pihak berwenang. Tak hanya itu, banyak pula yang menyerukan untuk memberikan hukuman berat bagi majalah Bazaar karena dampak buruk yang ditimbulkan oleh unggahan tersebut terhadap anak-anak muda.
Pengamat mengatakan, kepatutan dan batasan harus selalu dijaga. Tidak hanya bergantung pada pendidikan sekolah dan orang tua melainkan juga publisitas media. Zhang Yiwu (张颐武), seorang profesor Sastra Tiongkok di Universitas Peking (北京大学) mengatakan, tim majalah yang menulis unggahan itu mungkin tidak bermaksud menyinggung siapapun. Namun, masalah tersebut mengungkapkan kurangnya kepekaan media tentang topik sensitif dalam masyarakat dan akan sangat sulit bagi mereka untuk menebus dampak masalah yang ditimbulkan.
Advertisement