Susu Bubuk Protein - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id – Permintaan Tiongkok akan produk susu bubuk berprotein tinggi jenis laktoferin dan whey dari Australia dan Selandia Baru meningkat secara dramatis selama pandemi COVID-19 di Tiongkok. Hal ini terjadi karena adanya tren suplemen berbasis susu bubuk berprotein di kalangan konsumen Tiongkok yang menganggap bahwa produk tersebut dapat digunakan sebagai suplemen yang meningkatkan imunitas, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak guna mencegah infeksi virus COVID-19, dan juga sebagai suplemen harian bayi.
Melansir South China Morning Post, berdasarkan data dari Biro Statistik Australia, ekspor susu bubuk protein whey Australia ke Tiongkok naik tiga kali lipat dari bulan Februari sampai Maret 2020 dengan volume ekspor mencapai lebih dari 1.000 ton. Volume ekspor bulan April 2020 tetap tinggi dengan lebih dari 700 ton. Sebelum adanya pandemi, ekspor susu bubuk protein whey Australia ke Tiongkok biasanya hanya sekitar 200 ton hingga 400 ton. Sedangkan, ekspor produk susu berprotein Selandia Baru juga mengalami kenaikan tiga kali lipat pada dua bulan pertama tahun 2020. Menurut Konsultan Pasar Susu Formula Bayi Tiongkok, Jane Li (简李), ekspor produk susu berprotein Selandia Baru ke Tiongkok diperkirakan akan tumbuh sebesar 40 persen pada tahun 2020 ini dengan volume ekspor mencapai 7 juta kaleng dari sebelumnya sebesar 5 juta kaleng pada tahun 2019 lalu.
Melonjaknya permintaan produk susu bubuk berprotein tinggi selama pandemi telah menjadi tren dalam perdagangan pasar Tiongkok. Jane Li (简李) mengatakan bahwa hal itu membuat lebih dari 100 merek di Tiongkok bermitra dengan produsen Australia dan Selandia Baru untuk memproduksi protein whey dan produk laktoferin, terutama untuk pasar Tiongkok. Tren tersebut telah dipicu oleh iklan-iklan pada media sosial dan platform e-commerce yang mengklaim bahwa susu bubuk protein whey dan laktoferin dapat digunakan sebagai suplemen untuk mencegah virus COVID-19 dan juga sebagai suplemen konsumsi harian bayi.
Namun, kantor berita Reuters melaporkan bahwa saat dilakukan pengecekan fakta terhadap klaim tersebut pada akhir Maret 2020, menunjukkan tidak ada bukti bahwa produk susu bubuk berprotein dapat mencegah infeksi COVID-19. Sedangkan, penggunaan susu bubuk protein sebagai suplemen bayi juga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan para ahli tentang adanya bahaya baru yang bisa ditimbulkan, karena banyak ditemukan pengecer nakal yang telah memanfaatkan tren ini dengan membuat klaim tanpa bisa dipertanggungjawabankan. Menanggapi hal ini, peneliti Australia dan pakar perdagangan susu Tiongkok, Dr. George Marano menyarankan Administrasi Sertifikasi dan Akreditasi Tiongkok dapat memaksa pengecer dan produsen untuk menyetujui aturan pemasaran atau mengeluarkan peringatan tentang penggunaan laktoferin dan protein whey karena adanya beberapa penyalahgunaan klaim dalam iklan.
Advertisement