Covid-19, Tantangan Besar Tiongkok Mencapai Puncak Sains - Image from gambar diambil dari internet, segala keluhan mengenai hak cipta, dapat menghubungi kami
Beijing, Bolong.id - COVID-19 yang melanda dunia telah mengakibatkan kerusakan pada dunia sains internasional dan Tiongkok, dan menjadi tantangan tersendiri bagi Tiongkok dalam meningkatkan ilmu pengetahuan untuk dipersembahkan kepada seluruh dunia. Seperti yang telah diketahui, Tiongkok hampir melampaui Amerika Serikat (AS) sebagai penyumbang dana terbesar di bidang sains, yang dua tahun lalu telah menempati posisi teratas sebagai produsen artikel ilmiah terbesar. Pandemi ini dapat memperlambat Tiongkok untuk mencapai puncak teratas di bidang sains, dikarenakan berkurangnya dana penelitian ilmiah di Tiongkok dan terhambatnya jalur pengiriman mahasiswa pascasarjana dan sarjana postdoctoral ke negara lain. Hal ini tentu saja diperburuk dengan konflik yang terjadi di antara AS-Tiongkok, serta adanya larangan masuk bagi para pelajar dan peneliti Tiongkok ke AS.
Direktur Institute of High Energy Physics di Beijing (北京高能物理研究所), Wang Yifang (王义芳), mengatakan bahwa Tiongkok, seperti negara lainnya, saat ini juga tengah menghadapi kerugian ekonomi besar akibat pandemi yang pasti akan berdampak negatif terhadap penelitian ilmiah, karena pendanaan pasti akan berkurang dan proyek-proyek juga akan tertunda. Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Institute of International Education di New York, hampir 90% universitas di AS akan mengalami penurunan dalam pendaftaran siswa internasionalnya pada tahun ini sebesar 16%, dan pelajar Tiongkok mungkin termasuk di dalam sebagian besar dari jumlah penurunan tersebut.
“Meskipun hal ini dapat membahayakan bidang sains di AS, namun negara yang lain juga akan menderita," ujar Thomas Schemgell, peneliti dinamika inovasi di Institut Teknologi Austria di Wina. Hal ini dikarenakan Tiongkok memperoleh lebih banyak pencapaian dari partisipasi dalam kolaborasi penelitian internasional yang didorong oleh pengiriman mahasiswa pascasarjana ke luar negeri.
Para ilmuwan, baik di dalam maupun diluar Tiongkok, khawatir dengan kemungkinan terpengaruhnya hubungan internasional paska pandemi ini. Selama beberapa tahun ke depan, diperkirakan pelajar Tiongkok mungkin tidak ingin melakukan perjalanan ke luar negeri, karena ancaman kesehatan dan suasana politik yang memang sedang tegang. Wang Yifang (王义芳) mengungkapkan kekhawatirannya akan COVID-19 yang mungkin dapat mengubah dunia secara permanen, mengingat situasi politik saat ini terjadi di negara-negara Barat. Namun, Wang Yifang (王义芳) juga berharap agar kedua hambatan tersebut terjadi hanya sementara saja dan berharap agar jalur pengiriman pelajar ke negara lain tidak akan menyusut secara permanen.
Di sisi lain, Cong Cao (丛聪), seorang peneliti kebijakan-sains di Universitas Nottingham di Ningbo Tiongkok (宁波诺丁汉大学中国), memprediksi bahwa sektor sains di Tiongkok dalam jangka panjang nanti akan terus membaik. Muming Poo (慕明蒲), pimpinan di Shanghai (上海神经科学研究所) dan laboratorium Universitas California, mengungkapkan bahwa kebutuhan pelajar untuk pergi ke luar negeri untuk bersekolah pascasarjana atau untuk melakukan penelitian postdoctoral tidaklah setinggi satu dekade yang lalu, karena kualitas laboratorium penelitian di Tiongkok saat ini sudah setara dengan laboratorium di universitas riset terbaik di Barat. Muming Poo (慕明蒲) menambahkan, kemudahan komunikasi internet dan tren konferensi internasional secara daring dapat mempertahankan pertukaran ilmiah yang kuat dan menghindarkan sektor sains Tiongkok dari keterasingan.
Advertisement