Petugas keamanan menegur calon penumpang Kereta Rel Listrik - Image from ANTARA FOTO
Jakarta, Bolong.id - Sejak merebaknya pandemi COVID-19 di awal tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan, salah satu cara efektif untuk mencegah tertularnya virus Corona adalah dengan memakai masker. Pemakaian masker ini dianjurkan di berbagai tempat keramaian, seperti kereta, bus, pasar, dan lain-lain.
Dengan banyaknya jenis masker yang beredar di pasaran, otoritas kesehatan menyarankan untuk tidak mengenakan masker wajah yang terbuat dari bahan tipis, seperti kain neoprene yang sering dipasarkan sebagai masker “scuba” atau “buff”, dengan alasan ketidakefektifan mereka dalam mencegah penularan COVID-19.
Juru Bicara sekaligus Ketua Dewan Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mengatakan masker “scuba” “buff” dan sering dibuat hanya dengan menggunakan satu lapisan kain, sehingga kurang efektif dalam menyaring tetesan pernafasan dan air liur yang membawa virus SARS-CoV-2.
Ia melanjutkan, masker berbahan neopren tersebut dapat menyelinap di bawah hidung lebih mudah daripada jenis masker lainnya.
“Masker scuba atau buff hanya memiliki satu lapis. Terlalu tipis sehingga kemungkinan untuk tembus dan tidak bisa menyaring (partikel virus) menjadi lebih besar. Maka dari itu, disarankan menggunakan masker yang lebih berkualitas,” katanya.
Wiku menambahkan, masker yang baik contohnya adalah masker bedah yang biasa dipakai orang sakit. “Kalau tidak sakit, bisa memakai masker kain berbahan katun lapis tiga. Karenan kemampuan memfiltrasi atau menyaring partikel virus itu akan lebih baik dengan jumlah lapisan yang lebih banyak,” katanya.
PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) baru-baru ini mewajibkan para penumpang untuk memakai masker selama berada dalam kereta. Penumpang disarankan memakai masker yang efektif menahan droplet, namun bukan masker scuba atau buff yang banyak dipakai saat ini. Masker tersebut sangat tidak dianjurkan untuk digunakan.
Alasannya, efektivitas masker scuba atau buff dalam menangkal virus, bakteri, dan debu sangat rendah. Tingkat efektivitasnya hanya berkisar 0-5 persen. Jauh di bawah masker kain tiga lapis (50-70 persen), masker bedah dan FFPI (80-95 persen), serta masker N95 (95-100 persen). Seperti yang dijelaskan dalam unggahan di akun instagram @commuterline pada akhir pekan lalu.
Para peneliti di Universitas Duke, Amerika Serikat, mengatakan orang yang mengenakan masker scuba atau buff malah jauh lebih buruk dibanding orang yang tak memakai masker sama sekali. Alasannya, scuba atau buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara. “Banyak orang berpikir memakai masker apa saja lebih baik daripada tak memakainya sama sekali. Tentu itu salah,” kata Martin Fischer, pemimpin penelitian itu, seperti dilansir dari Koran Tempo (20/9/20). (*)
Klasifikasi Masker - Image from Tempo
Advertisement