Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok Membangun The New Normal Indonesia - Image from THUISA
Jakarta, Bolong.id - Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-75, pada Sabtu malam (22/8/20), Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) mengadakan seminar daring bertajuk Thuisa Talk dengan tema Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun The New Normal Indonesia. Acara tersebut bertujuan mempersiapkan mahasiswa Indonesia yang belajar di Tiongkok dalam menghadapi revolusi industri 4.0, mencari tahu lebih lanjut yang dapat dilakukan sebagai diaspora muda Indonesia di Tiongkok dalam kondisi pandemi COVID-19, agar tetap dapat berkontribusi secara nyata untuk Indonesia.
Seminar daring ini dihadiri oleh Founder & Chairman Lippo Group Dr. Mochtar Riady, Ketua Pelaksana Perhimpunan Persahabatan Alumni Tiongkok (PERHATI) Adi Harsono, dan Wakil Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Dino R Kusnadi.
Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok Membangun The New Normal Indonesia - Image from Webinar Thuisa Talk
Dalam pemaparannya, Dino R Kusnadi menjelaskan tahun ini sekaligus memperingati 70 tahun hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok yang dimulai pada 13 April 1950. Sebab COVID-19, tidak bisa mengadakan kegiatan secara fisik, tetapi penggantinya, pemerintah berusaha untuk menghimpun apa saja yang menjadi pondasi baru dalam menjalin hubungan ke depan.
Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok Membangun The New Normal Indonesia - Image from Webinar Thuisa Talk
Menurut Dino, sejak tahun ini Indonesia sudah mulai mengambil langkah untuk menjalin hubungan bilateral sampai puluhan tahun ke depan, dan atau persiapan Indonesia di 2045 saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan.
Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok Membangun The New Normal Indonesia - Image from Webinar Thuisa Talk
“Karena dalam tataran global kita harus siap-siap karena kapasitas Indonesia juga akan diperhitungkan, perkiraan ekonomi Indonesia akan semakin membaik, begitu pun dengan Tiongkok. Untuk membaiknya ini, kita perlu diawasi oleh orang-orang mumpuni, saling mengenal, memiliki pemahaman, karakter dari kedua bangsa tadi yang akan menjadi jangkar hubungan bilateral kedua negara,” ujar Wakil Dubes RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Dino R Kusnadi.
Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok Membangun The New Normal Indonesia - Image from Webinar Thuisa Talk
Selain itu, Indonesia dan Tiongkok juga membuat kesepakatan adanya travel corridor sebagai langkah awal memudahkan perjalanan bagi pebisnis Indonesia dan Tiongkok.
“Di sini memang masih langkah awal, kita masih memonitor perkembangannya, tapi yang kita coba buka dulu yang memiliki koneksi-koneksi pada bisnis yang bisa menjalankan produk perekonomian. Karena akibat pandemi, perekonomian kedua negara terganggu, dan agar tetap berjalan, kita perlu memudahkan perjalanan bagi pelaku-pelaku ekonomi. Di sini baru mulai awal saja, kemudahan di sini adalah dalam hal pemenuhan visa, dan yang kedua adalah dalam proses regulasi kesehatan agar bisa dipersingkat, untuk teman-teman mahasiswa yang kembali (belajar), kita juga berusaha agar bisa dipermudah,” tambahnya.
Wakil Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Dino R Kusnadi - Image from Webinar Thuisa Talk
Dino juga menyebutkan, peluang bisnis Indonesia ke Tiongkok makin besar. Indonesia bisa tambah kreatif menggali potensi ekspor Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita indonesia terus bertumbuh.
Founder & Chairman Lippo Group, Dr. Mochtar Riady mengawali pemaparannya dengan menceritakan bagaimana membangun perusahaan kecil menjadi perusahaan raksasa, dan menjelaskan dengan rinci bagaimana Tiongkok yang mulanya merupakan negara miskin hingga dalam waktu kurang dari 30 tahun menjadi negara super power yang serba kaya.
Founder & Chairman Lippo Group, Dr. Mochtar Riady - Image from Webinar Thuisa Talk
“Ini adalah suatu filosofi yang diceritakan oleh Lao Zi (老子), segala sesuatu dari tidak ada, menjadi ada, dan dari kecil,” Ia menambahkan, “Semua perusahaan raksasa itu tidaklah dari besar, tetapi mulai dari kecil. Jangan minder oleh karena kalian sekarang masih kecil dan tidak mempunyai suatu keberanian untuk mencalonkan diri sendiri sebagai pengusaha besar.”
Indonesia dan berbagai negara di seluruh dunia dengan terjadinya pandemi ini dapat mungkin mengalami stagnasi ekonomi. Ditambah adanya konflik Amerika dengan Tiongkok yang bisa saja menimbulkan terjadinya perang dunia ketiga. Dengan adanya konflik ini, manusia dipercepat masuk ke dalam revolusi industri 4.0.
“Tiongkok saat ini adalah negara terjaya setelah Amerika. Kalian kebetulan sedang belajar di Tiongkok, bukan hanya belajar pengetahuan, tapi juga perlu belajar bagaimana cara bekerja orang Tiongkok, bagaimana attitude-nya. Kalian mesti membawa hal yang baik ini kembali ke tanah air kita, untuk sama-sama seperti mereka, bekerja keras. Jadi bukan foya-foya di Tiongkok, kalian harus betul-betul belajar. Ini baru berguna,” kata Dr. Mochtar Riady.
Ketua Pelaksana PERHATI, Adi Harsono menyebutkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara terkuat nomor tiga setelah Amerika dan RRT jika mengedepankan teknologi dan ilmu pengetahuan.
“Ciri khas suatu negara besar kuat di dunia itu apa? Teknologi dan ilmu pengetahuannya. Itulah yang membuat suatu bangsa kuat. Kalau kita berkelai terus, bagaimana kita mau memajukan negara?”
“Jika kita fokus terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita akan eksis, negara kita akan menjadi negara terkuat nomor 3,” tambahnya.
Ketua Pelaksana PERHATI, Adi Harsono - Image from Webinar Thuisa Talk
Adi Harsono juga menyarankan agar sebagai mahasiswa memiliki sikap open mind, open heart, open will, sesuai dengan teori leadership oleh C. Otto Scharmer dari MIT.
“Kalian sudah belajar, otak sudah terisi, memiliki hati baik untuk memajukan bangsa, Anda harus melakukannya, punya keinginan untuk melaksanakan hal yang positif itu,” ujar Ketua Pelaksana PERHATI.
Lebih dari 170 orang mengikuti seminar daring yang diselenggarakan THUISA dan PPI Tiongkok. Mayoritas merupakan mahasiswa S1 di bidang Ilmu Sosial, dengan rencana setelah lulus yakni mencari pekerjaan di Tiongkok, dan menjadi entrepreneur jika kembali ke Indonesia, menurut survei yang dilakukan saat pelaksanaan seminar daring Thuisa Talk Sabtu malam (22/8/20) lalu. (*)
Hasil polling peserta webinar - Image from Webinar Thuisa Talk
Advertisement